Page 140 - ORASI ILMIAH PROF. DR. POPPY ANDI LOLO SH. MH.
P. 140
139
Orang (TPPO);
4) Sengaja memberitahukan identitas saksi.
Berdasarkan rumusan muatan undang-undang perdagangan orang
tesebut diketahui bahwa kriminalsasi perbuatan umumnya mengadopsi
unsure-unsur delik yang dikriminalsasi dalam Konvensi Internasinol (Pasal 1
Protocol). Jika dibandingkan dengan muatan kriminalsasi delik dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang
(PTPPO), maka pengaturan tindak pidana perdagangan orang di atas, jelas
terlihat adanya perubahan, yang merupakan kriminalisasi/pembaruan hukum
pidana dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Dalam Pasal 297 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang mengatur perdagangan orang
sebelumnya, kriminalisasi delik secara substansi, terlihat dari adanya
perluasan pengaturan unsur subyektif dan unsur obyektif. Namun demikian,
dalam pelaksanaannya temyata masih banyak kelemahan dalam substansi
(terutama kebijakan formulasi) dalam undang-undang tersebut. Hasil
kriminalisasi perbuatan yang kurang adalah muatan subjek tindak pidana
perdagangan orang, sebagaimana rumusan Pasal 1 angka 4, yaitu pelaku
tidak hanya orang berupa perseorangan yang merupakan manusia (natural
person), tetapi juga diatur adanya pelaku yang berbentuk korporasi (recht