Page 61 - S Pelabuhan 15.indd
P. 61
ATLAS PELABUHAN-PELABUHAN BERSEJARAH DI INDONESIA
selatan khatulistiwa bertiup angin pasat tenggara, dan di belahan utara bertiup angin
pasat timurlaut sepanjang tahunnya. Tempat bertemunya dua jenis angin ini disebut
intertropical front dan merupakan “daerah angin mati”. Hukum alam di Nusantara ini
berbeda dengan kawasan lain yang juga termasuk dibelah oleh khatulistiwa.
Ada dua faktor yang menjadikannya berbeda, yaitu:
1. Peredaran bumi mengitari matahari yang menyebabkan “daerah angin mati”
itu berpindah-pindah dari Lintang Mengkara (Tropic of Cancer) ke Lintang
Jadayat (Tropic of Capricorn). Akibatnya pasat tenggara pada waktu melintasi
garis khatulistiwa akan berubah menjadi pasat baratdaya, sedangkan apabila
pasat timurlaut melin tasi khatulistiwa dalam perjalanan ke selatan akan ber-
ubah menjadi angin pasat baratlaut.
2. Lokasi satu benua ini akan mengakibatkan suatu tekanan rendah yang cukup
mempengaruhi daerah angin mati tersebut bergeser lebih jauh ke selatan atau
utara menurut musimnya sehingga mengubah arah angin yang bersangkutan.
Kedua faktor tersebut mengakibatkan terjadinya angin musim yang berubah arah
tujuannya setiap setengah tahunnya sehingga angin seolah-olah memutar haluannya.
Di beberapa tempat tertentu, karena kondisi setempat, angin yang dalam bulan
Desember sampai dengan Februari merupakan angin barat menjadi angin timur
dalam bulan September sampai dengan November.
Perubahan-perubahan musim tersebut sudah dikenal oleh bahariawan Nusantara sejak
dahulu. Dengan memanfaatkan perubahan angin ini, dalam bulan Oktober kapal-
kapal angkat sauh dari Maluku menuju pusat-pusat perdagangan di Makassar, Gresik,
Demak, Banten, sampai ke Melaka dan kota-kota lain di belahan barat Nusantara.
Pelayaran ke arah timur dapat dilakukan dengan meng gunakan angin barat. Dalam
bulan Juni hingga Agustus angin di Laut Cina Selatan bertiup ke arah utara sehingga
memudahkan pelayaran ke Ayutthaya, Campa, Cina, dan kerajaan-kerajaan di
sebelah utara. Angin ini mulai mengubah haluan lagi pada bulan September dan
Desember angin ini sudah berbalik sedemikian rupa sehingga perjalanan kembali ke
seletan dapat dimulai lagi.
Dengan adanya sistem angin musim ini, terlebih bagian barat, maka Nusantara
berada dalam posisi istimewa. Di tempat inilah kapal-kapal dari berbagai penjuru
49