Page 56 - S Pelabuhan 15.indd
P. 56
tradisi “murni” Asia Tenggara dan Cina. la mengajukan
dua hipotesa untuk menerangkan keberadaan nya:
pengaruh timbalbalik dari teknik Cina dan kepulauan
berawal dari sekitar abad 11 -- 13. Hal itu terjadi pada
masa awal perluasan besar-besaran perdagangan Cina;
atau masih eksisnya sebuah masa yang lebih tinggi dari
tradisi Cina Selatan (berlawanan dengan tradisi dari
Cina Utara), yang secara budaya dekat dengan tradisi
Asia Tenggara sebelum adanya pengaruh Cina.
Entah sejak kapan nenek moyang bangsa Indonesia
mengenal pembuatan perahu. Hanya sedikit data
arkeologi maupun data seja rah yang berhasil mengung-
kapkan tentang hal itu. Satu-satunya data arkeo logi
yang sedikit mengungkapkan teknologi pembangunan
perahu adalah dari lukisan gua. Di situ kita dapat
Membuat perahu lesung (dug- melihat bagai mana bentuk perahu pada masa pra sejarah.
out) di Flores Nusatenggara
Bentuk perahu pada masa itu dapat dikatakan masih sangat seder hana. Sebatang
Timur
pohon yang mem punyai garis tengah batang cukup besar mereka tebang. Kemudian
bagian tengahnya dikeruk dengan menggu nakan alat sederhana, seperti beliung dari
batu. Nampaknya mudah, tetapi dalam kenya taannya cukup sulit. Dinding perahu
harus dapat diperkirakan te balnya. Tidak boleh terlampau te bal atau terlampau tipis.
Jangan sampai badan perahu mudah pecah atau bocor apa bila terantuk karang atau
kandas di pantai yang keras. Apabila bentuk dasar sudah selesai, kemudian barulah
diberi cadik di sisi kiri dan kanan badan pera hu. Perahu jenis ini dinamakan perahu
lesung atau sam pan. Ukuran panjangnya kira-kira 3-5 meter dan lebar sekitar 1 meter.
Contoh mem bangun perahu dengan teknologi yang masih se derhana ini dapat dilihat
pada sukubangsa-sukubangsa yang masih seder hana yang bermata-pencaha rian dari
menangkap ikan di sungai, danau atau di perairan dangkal.
Pada jaman prasejarah, perahu bercadik memainkan peranan yang besar dalam
hubungan perdagangan antar-pulau di Indonesia dan antara kepulauan di Indonesia
dengan daratan Asia Tenggara. Karena adanya hubungan dengan daratan Asia
Tenggara, maka ter jadilah tukar menukar informasi teknologi dalam segala
bidang, misalnya dalam pem bangunan candi, pembangunan kota, dan tentu saja
44 pembangunan perahu. Akibat ada hubungan dengan daratan Asia Tenggara, dalam
pem bangunan perahu pun ada suatu kemajuan.