Page 53 - S Pelabuhan 15.indd
P. 53
ATLAS PELABUHAN-PELABUHAN BERSEJARAH DI INDONESIA
bermigrasi ke Luzon melalui jalan laut, kemudian menyebar ke seluruh Filipina.
Setelah itu beberapa di antaranya pergi ke Maluku, lainnya ke Sulawesi dan sekitar
barat Indonesia serta Semenanjung Tanah Melayu, melalui Pulau Palawan. Migrasi
terakhir me nem pati kurun waktu antara 2000 -- 500 SM. Seluruh migrasi ini dilakukan
lewat jalan laut. Hipotesa itu diperkuat oleh penelitian F.L Dunn dan D.F Dunn
yang mengestimasikan bahwa sekitar 5000 tahun yang lalu navigasi sungguhan telah
eksis di Laut Cina Selatan. Teknik pembentukan perahu berkembang cukup evolutif
dan mengizinkan “petualangan” di tengah laut. Mereka sudah mengembangkan
kemam puan sebagai nelayan dalam jarak yang cukup jauh dari tepi pantai.
Untuk periode yang lebih kuno dari sejarah navigasi di Asia Tenggara, belum
ditemukan bukti arkeologis langsung, dalam bentuk situs runtuhan perahu. Hingga
hari ini, situs yang lebih kuno yang menghasilkan elemen pembentukan perahu
prehistorik dijumpai di Semenanjung Tanah Melayu, di tepi sungai Langat, dekat
kampung Jenderam Hilir, di negara bagian Selangor. Itu berkenaan dengan sebuah
pengayuh, bersama-sama dengan peralatan neolitik yang memungkinkan dating dari
sekitar enam abad sebelum tarikh Masehi.
Menghadapi ketiadaan sumber tertulis yang membuktikan keberadaan armada laut di
Nusantara pada masa lalu, para peneliti meman faatkan keberadaan nekara perunggu
yang ditemukan di banyak tempat di Indonesia, bahkan hampir di seluruh Asia
Tenggara. Artefak-artefak tersebut berasosiasi pada masa perunggu yang sekaligus
membuk tikan keberadaan sebuah jaringan perdagangan yang mempersatukan
kepulauan dan daratan Asia. Lebih kemudian, kehadiran keramik-keramik yang
dikapalkan dari Arikamedu (India Selatan) di Karangagung (Sumatera Selatan), Situs
Buni dan Patenggeng (Jawa Barat), dan Situs Sembiran (Bali), seperti yang dilaporkan
oleh Ardika dan Bellwood, membuktikan bahwa sekitar awal abad pertama sudah ada
hubungan komersial antara Indonesia dan India.
Penyebutan lebih tua atas perahu samudera di Asia Tenggara ditemukandalam sumber
Cina abad ke-3 dan 8. Perahu, menurut sumber tersebut memilikiukuran yang dapat
mencapai 50 meter panjang dan dapat menampung hingga 500 penumpang berikut
barang bawaannya. Elemen dari badan perahu tersebut saling dihubungkan dengan
ikatan yang menggunakan serat tumbuh-tumbuhan. Sebuah buku tentang tumbuh-
tumbuhan Cina di AsiaTenggara yang ditulis sekitar abad ke-4, menyebutkan bahwa
di suatu tempat, di wilayah tersebut tali ijuk digunakan untuk menyatukan badan 41
perahu.