Page 54 - S Pelabuhan 15.indd
P. 54
Runtuhan perahu Asia Tenggara
yang dibangun dengan teknik
“papan-ikat dan kupingan-
pengikat” dari dasar laut
perairan Cirebon. Bagian kotak
empat persegi panjang dengan
empat lubang adalah tambuko.
Situs-situs runtuhan perahu Asia Tenggara seperti yang telah disebutkan di atas,
memperlihatkan keberadaan pemanfaatan techniques sophistiques dari pembentukan
perahu yang berkembang di kawasan terse but kurang lebih pada tengahan pertama
millenium kesatu. Walaupun perahu yang begitu besar seperti yang diceritakan dalam
berita Cina belum ditemukan kembali bukti-bukti fi siknya, setidak-tidaknya telah
dimiliki keyakinan bahwa seluruh elemen konstitutif sebuah perdagangan laut yang
begitu tinggi telah hadir. Perahu-perahu dari abad ke-5-13 yang dimaklum kan oleh
situs-situs Kolam Pinisi atau Paya Pasir sangat mungkin, dengan mempertimbangkan
ukuran dan “keraksasaannya”, merupakan perahu samu dera. Dan di lain pihak,
tidak ada satu keraguan pun menyatakan bahwa kemu dian situs-situs perahu yang
menggunakan pasak pun merupakan perahu-perahu samudera.
Terlihat bahwa situs-situs runtuhan perahu yang ditemukan hingga saat ini telah dapat
diklasifi kasi, berdasarkan pada teknik penyambungan elemen-elemen konstitutif
perahunya, dalam dua keluarga besar: teknik ikat dan teknik pasak. Klasifi kasi
keduapun masih dapat dipisah lagi yakni: perahu yang seluruhnya menggunakan
pasak serta perahu yang cara penyam bungan papan dengan gading-gading-nya
menggunakan paku.
Sehubungan dengan tradisi perahu ikat, telah dicetuskan sebuah evolusi teknik yang
digunakan untuk menyatukan papan-papannya. Sebuah badan perahu dengan ikatan
42 sederhana dimana hanya simpul tali yang menghubungkan papan satu dengan lainnya,