Page 17 - Fondasi Keluarga Sakinah.pdf
P. 17

Fondasi  Keluarga  Sakinah



            (KHI).  Dan  sudah  ada  satu  undang-undang  khusus  yang
            mengatur  masalah  perkawinan  di  Indonesia,  yaitu  Undang-
            Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Jadi, semua
            urusan  perkawinan  umat  Islam  di  Indonesia  merujuk  pada dua
            ketentuan  ini.  Jangan  repot-repot  mencari  dalil  atau  argumen
            hukum lain yang berbeda dari dua regulasi ini.
                  Dalam  berbagai  regulasi  tentang  perkawinan  dan
            pencatatan  nikah  ditegaskan  bahwa  yang  berhak  menjadi  wali
            hakim adalah penguasa (sulthân), yang kemudian wewenangnya
            didelegasikan  kepada  kepala  KUA  Kecamatan.  Wali  hakim
            adalah wali nikah bagi perempuan yang putus wali (tidak ada lagi
            wali dari garis nasab), tidak punya wali (karena wali mujbir ayah
            kandung dan kakek tidak diketahui keberadaannya, atau sakit),
            atau  perempuan  yang  diabaikan  oleh  walinya  (‘adhal).  Wali
            hakim karena sebab terakhir ini (‘adhal) harus melalui putusan
            Pengadilan  Agama.  Jadi  gini,  misalnya  seorang  gadis  hendak
            menikah,  tetapi  ayahnya  yang  merupakan  wali  mujbir  tidak
            setuju. Maka, si gadis tidak bisa begitu saja mengangkat seorang
            kiai atau ulama menjadi wali nikahnya. Itu melanggar ketentuan
            hukum perkawinan di Indonesia. Dalam kasus seperti itu, si gadis
            harus  mengajukan  permohonan  wali  hakim  ke  Pengadilan
            Agama. Kemudian, jika hakim mengabulkan (melalui beberapa
            persidangan),  Pengadilan  akan  mengeluarkan  putusan  bahwa
            yang  menjadi  wali  nikahnya  adalah  kepala  KUA  di  tempat  ia
            akan menggelar akad nikah.
                  Rukun  nikah  yang  keempat  adalah  dua  orang  saksi.
            Ketentuan  tentang  rukun  nikah  ini  mengacu  pada  hadis  Nabi
            SAW  yang  menyatakan,  “Tidak  ada  (tidak  sah  lā  nikāha)
            pernikahan, kecuali dengan adanya wali dan dua orang saksi yang
            adil.”  Nah,  ada  kata  sifat  yang  menerangkan  frasa  “dua  orang
            saksi”,  yaitu  “adil”.  Pengertian  adil  ini  banyak  banget
            penjelasannya,  dan  para  ulama  juga  berbeda-beda  pendapat.
            Secara umum, intinya, orang yang diangkat atau dipilih sebagai
            saksi itu harus beragama Islam, balig, tidak dikenal sebagai orang
            yang  fajir  (kriminal),  dan  memahami  bahasa  yang  digunakan
            dalam ijab kabul. Jadi, kalau nanti kamu menikah, siapkan juga
            dua orang yang akan menjadi saksi dalam pernikahanmu. Jangan

            12
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22