Page 124 - Kebijakan Reforma Agraria di Era SBY
P. 124

Tani Merdeka (SeTAM). SeTAM sebagai gabungan dari berbagai
           macam organisasi tani lokal (OTL) level desa juga menjalankan
           aktivitasnya karena didasarkan pengalaman individu dan situasi
           sosial yang mereka alami di desanya masing-masing. Perbedaan
           antara  SeTAM  dan  petani  penggarap  hanya  terletak  pada
           spektrum  perjuangan  mereka.  Petani  penggarap  berjuang  di
           level desa, sedangkan para aktivis petani yang berada di SeTAM
           berjuang pada level yang lebih tinggi, yakni gabungan perjuangan
           dari kasus-kasus yang ada di desa-desa ditambah dengan kerja
           advokasi di level kabupaten, provinsi, maupun nasional, bahkan
           internasional.
               “SeTAM memberi fasilitas membuka jaringan di tingkat regional, nasional,
               dan internasional. Dengan jaringan yang ada, SeTAM mengampanyekan
               kasus  tanah  PT  RSA  ke  DPRD,  DPR  RI,  bupati,  gubernur,  BPN,  Komnas
               HAM, Ombudsman, dan NGO (Internasional). Akhirnya, kasus tanah PT
               RSA dikenal secara nasional bahkan internasional. Edy Sukamto, mantan
               ketua Kelompok Tani Singa Tani (baca: bagian dari OTL SeTAM), pernah
               mengikuti Konferensi Nyeleni di Afrika dengan biaya oleh La Via Campesina
               (Organisasi Petani Sedunia)”. (Setiaji, 2012: 110).


               Di  dalam  berkontribusi  terhadap  perumusan  kebijakan,
           para  petani  menggalang  jaringan  dengan  LSM.  Di  kalangan
           LSM, intensitas interaksi mereka dengan petani dan serikat tani
           merupakan  kunci  penting  dalam  memaknai  kehidupan  sosial
           ekonomi masyarakat. Para aktivis LSM biasanya melakukan live
           in  (baca:  hidup  bersama  dengan  masyarakat  untuk  memahami
           situasi  di  masyarakat)  dalam  mendampingi  masyarakat.  Dari
           live in inilah, aktivis tersebut memahami kondisi yang dihadapi
           masyarakat.  Secara  tidak  langsung,  kondisi  lapangan  yang
           dihayatinya kemudian terinternalisasi dalam diri mereka. Hal ini
           seperti yang dinyatakan oleh AY (LBH Semarang):




                                                  Atrikulasi Kepentingan Petani  107
   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129