Page 69 - BUDIG RANCANGAN PEMBELAJARAN_Neat
P. 69

bagaimana konteks yang dibutuhkan untuk membangun keterampilan dan, (3) peralatan apa saja
               yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
                   Ketujuh,  membuat  prioritas  tujuan  berarti  membuat  urutan-urutan  yang  mendesak  untuk
               dilakukan. Keputusan untuk menentukan salah satu atau lebih tujuan berdasarkan hasil analisis
               terhadap siswa, konteks dan peralatan sebagaimana telah dilakukan pada bagian keenam diatas.

                C.  SUMBER ANALISIS KEBUTUHAN

                    Ketika membahas tentang kebutuhan, pemahaman akan langsung mengarah pada kebutuhan
               fisologis, rasa aman dan perlindungan, kasih sayang dan rasa memiliki, harga diri dan aktualisasi
               diri. Hal ini benar, karena merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh setiap orang
               dalam  kehidupan.  Namun,  dalam  hubungannya  dengan  desain  pembelajarn  kebutuhan  yang
               dimaksud  tidaklah  seluas  itu.  Kebutuhan  di  sini  lebih  khusus  pada  kesenjangan  berbagai
               komponen belajar dan pembelajaran termasuk yang berhubungan dengan pendidik, peserta didik,
               bahan, tugas, instrumen penilaian, dan evaluasi yang diterapkan dalam menentukan keberhasilan
               pelaksanaan pembelajaran.

                    Sebelum  melangkah  lebih  jauh  pada  proses  desain,  langkah  awal  yang  perlu
               dipertimbangkan  oleh  perancang  atau  pengembang  pembelajaran  adalah  mengidentifikasi
               kebutuhan pembelajaran. Kebutuhan adalah kesenjangan antara keadaan yang diamati saat ini
               dengan keadaan yang diharapkan. Rothwell dan Kazanas (2004: 58) mengatakan, bahwa need is
               defined as a performance gap separating what people know, do, or feel from what they should
               know,  do,  or  feel  to  perform  competently.  Maksudnya,  kebutuhan  adalah  kesenjangan  kinerja
               yang memisahkan apa yang orang ketahui, lakukan, atau rasakan dengan apa yang seharusnya
               mereka ketahui, lakukan, atau rasakan untuk dilakukan secara kompeten.

                    Pembelajaran dapat didefinisikan “as anything that is done purposely to facilitate learning
               (Reigeluth dan Carr-Chellman, 2009: 6).” Artinya, pembelajaran dapat dipahami sebagai segala
               sesuatu yang dilakukan dengan maksud untuk memfasilitasi belajar. Pembelajaran juga dipahami
               sebagai  upaya  yang  disengaja  untuk  mengelola  kejadian  atau  peristiwa  belajar  dalam
               memfasilitasi peserta didik sehingga memperoleh tujuan yang dipelajari (Muhammad, 2013).

                    Dengan  demikian,  yang  dimaksud  dengan  kebutuhan  pembelajaran,  yaitu  kesenjangan
               antara kondisi realitas pembelajaran saat ini dengan kondisi ideal pembelajaran yang seharusnya
               dilakukan. Kondisi pembelajaran yang dimaksud dapat diketahui melalui hasil penelitian orang
               lain, pengamatan sendiri, atau yang dialami secara langung di lapangan (sekolah atau kampus,
               atau di dunia kerja). Untuk mengetahui lebih jauh tentang hakikat kebutuhan, Perlu dilakukan
               penilalan kebutuhan (need assessment) atau biasa digunakan secara bergantian dengan analisis
               kebutuhan  (need  analysis).  Namun,  Rothwell  dan  Kazanas(2004:  58)  sedikit    membedakan
               antara keduanya, di mana yang dimaksud dengan penilaian kebutuhan adalah mengidentifikasi
               kesenjangan  (gap)  dari  hasil  yang  diperoleh,  menempatkan  kesenjangan  tersebut  sebagai
               prioritas, dan menyeleksi kesenjangan yang paling besar untuk diminimalisir. Adapun analisis
                                                                                                           65
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74