Page 54 - SKI kls 8
P. 54

ilmuwan besar, sekaligus bukti hidup kegemilangan kebudyaaan Islam pada era kejayaan
                   Dinasti Abbasiyah. Ia bahkan pernah diangkat sebagai guru dan tabib kerajaan. Al-Kindi
                   meninggal pada tahun 869 M.




               5.  Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Gazali al-Tusi al-Syafi’i

                   (450-505H/1058-1111M)

                   Nama lengkap Imam al-Gazali ialah Muhammad bin Ahmad
                   al-Imam al-Jalil Abu Hamid aṭ-Ṭusi al-Gazali, lahir di Ṭusi
                   (daerah  Khurasan  di  wilayah  Persia  [Iran  sekarang])  pada
                   tahun 450 H /1058 M. Ayahnya seorang pemintal benang dan
                   ahli tasawuf yang hebat.


                    Pada masa kecilnya, Al-Gazali sudah belajar ilmu fiqh kepada
                   Syekh Ahmad  bin  Muhammad  ar-Razikani,  teman  ayahnya
                   sekaligus  orang  tua  asuhnya.  Selain  itu,  ia  belajar  kepada
                   Imam  Abi  Nasar  al-Isma’ili  di  negeri  Jurjan.  Al-Gazali
                   kemudian berangkat ke Nisafur dan belajar kepada Imam al-                Al-Ghozali
                   Haramain  al-Juwaini,  guru  besar  di  Madrasah  Niẓamiyah            www.republika.co.id
                   Nisafur. Dengan cepat Al-Gazali dapat menguasai ilmu–ilmu



                   pengetahuan pokok, seperti ilmu mantiq (logika), filsafat, dan fikih mażhab Syafi’i. Karena
                   kecerdasannya, Imam al-Haramain mengatakan bahwa Al-Gazali itu adalah “lautan tak
                   bertepi”.

                   Setelah Imam al-Haramain wafat, Al-Gazali meninggalkan daerah Naiṣabur (Nisafur). Ia
                   pergi ke Mu’askar dan mengunjungi Perdana Menteri Nizam al-Muluk, atas pemerintahan
                   Bani Saljuk. Al-Gazali  disambut dengan penuh hormat sebagai seorang ulama besar. Pada
                   tahun 484 H/1091 M, Nizam al-Muluk akhirnya melantik Al-Gazali sebagai guru besar dan
                   mengajar pada Perguruan Tinggi Nizamiyah, Baghdad. Di samping menjadi guru besar, Al-
                   Gazali  diangkat  sebagai  mufti.  Tugasnya  membantu  pemerintah  dalam  menyelesaikan
                   berbagai persoalan yang muncul dalam masyarakat.

                   Al-Gazali selalu hidup berpindah-pindah, khususnya untuk mendalami ilmu pengetahuan.
                   Setelah dari Baghdad, dia berangkat ke Syam, menetap hampir 2 (dua) tahun untuk berlatih
                   membersihkan  diri,  menyucikan  hati  dengan  mengingat  Tuhan,  juga  i’tikaf  di  mesjid
                   Damaskus. Berikutnya pindah ke Palestina untuk mengunjungi kota Hebron dan Jerussalem.
                   Kedua kota itu merupakan tempat para Nabi mendapat wahyu pertama dari Allah, semenjak
                   dari Nabi Ibrahim sampai Nabi Isa. Al-Gazali juga berangkat ke Mesir, pusat kemajuan dan
                   kebesaran Islam kedua sesudah Baghdad. Dari kota Kairo, ia melanjutkan perjalanan ke
                   Iskandariyah di Mesir. Setelah itu, ia berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji,




               38     Buku Siswa Kelas VIII MTs
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59