Page 100 - qowaid
P. 100
QAWA’ID FIQHIYYAH
menghindari hal tersebut. Dengan kata lain, najis yang
mengenai tubuh atau pakaian pada keadaan sulit
meneyebabkan hukum menjadi ringan berupa diampuni
(ma’fu).
4) Seorang wanita yang memiliki kewajiban berpuasa saat
bulan ramadhan namun jika dalam keadaan sakit, hamil,
dan menyusui anak, maka boleh tidak berpuasa akan
tetapi wajib atasnya untuk mengqada’.
5) Transpalansi organ tubuh hewan yang diharamkan
seperti anjing dan babi. Pada dasarnya menggunakan
organ tubuh hewan yang diharamkan itu tidak
diperbolehkan. Namun apabila dokter mengatakan
bahwa tidak ada alternatif lain selain transpalansi
menggunakan organ tubuh hewan tersebut untuk
menyembuhkan, maka diperbolehkan sebagaimana
menggunakan gigi dan jantung dari hewan yang
diharamkan tersebut sebagai solusi pengobatan. Hal ini
didasarkan pada firman Allah:
ْ َ
ً
َ
راَّنلا َ باَذَعاَنِقَف َكناحْبُس لَِطباَذه َتقلَخ ام اَنَّبر
َ
َ
َ
“Ya Tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan semua ini
sia-sia; maha suci engkau, lindungilah kami dari adzab
neraka.”
Dalam penciptaan makhluknya, Allah tidak akan
menjadikan sia-sia melainkan ada hikmah yang
terkandung di dalamnya. Sementara anggapan orang,
babi itu tidak bisa digunakan secara keseluruhan.
Sedangkan firman Allah hanya berupa larangan
memakan daging babi karena mengandung cacing pita
yang tidak bisa dibunuh. Berbeda jika gigi, jantung, dan
bulunya diberdayakan untuk solusi terakhir berdasarkan
ayat di atas maka menurut penulis diperbolehkan karena
terdapat manfaat yang terkandung di dalamnya.
Oleh karena itu muncul pula kaidah:
َّ
َقاَض عستِا اَذا
َ َ
“Apabila suatu perkara menjadi meluas maka hukumnya
menyempit”
89