Page 69 - qowaid
P. 69
QAWA’ID FIQHIYYAH
Dari kaidah cabang ini terdapat beberapa contoh, antara
lain:
1) Kita berniat membayar hutang puasa ramadhan, tetapi
belum selesai kita melakukan puasa tersebut, misalnya
pada siang hari, tiba-tiba kemudian kita berubah niat
untuk tidak jadi membayar hutang puasa dan ingin
hanya melaksanakan puasa sunnah senin-kamis, maka
hal itu tidak diperbolehkan dan puasa tersebut batal
untuk dilaksanakan.
2) Seseorang niat shalat ashar, kemudian pada rakaat
kedua dia berpindah niat shalat tahiyatal masjid, maka
shalat asharnya dihukumi batal.
d. Kaidah
ْ َّ
َّ
َ
ِ
َ
ظِفلَلا ِةَّيِن ىلَع ِظفلا ُدصاَقم
“Maksud lafadz itu tergantung pada niat orang yang
mengatakannya”
Dari kaidah ini dapat dipahami bahwa perkataan seseorang
itu dianggap sah atau tidak, tergantung dari maksud orang
itu sendiri, yaitu apa maksud dari perkataannya tersebut.
Dari kaidah cabang ini terdapat beberapa contoh, antara
lain:
1) Orang yang sedang mengerjakan shalat, kemudian ia
membaca takbiratul ihram atau ayat-ayat al-qur’an
dengan suara yang keras dengan tujuan agar orang lain
mengetahui bahwa ia sedang mengerjakan shalat, maka
shalatnya batal.
2) Jika seorang tuan memiliki seorang hamba, kemudian
tuan tadi memanggil hambanya dengan panggilan wahai
hurrah (yang dibebaskan)! Apabila tuan tersebut
memanggil hambanya dengan tujuan membebaskannya,
maka ia bebas atau merdeka.
e. Kaidah
ْ ْ
ْ ْ
ْ
ْ
َ
ِبلَقلا يِف ام ُ رَبَتْعُملاَف ُبلَقلاو ُناسِللا فلَتخا ْ ول ْ َ
َ
َ
ْ
َ
َ
58