Page 77 - WP 1 2022
P. 77

adalah adanya tuntutan agar pem-    System” tersebut, Richard Posner da-
            berantasan tin- dak pidana korpsi  lam menyatakan, “plea bargaining takes
            dapat menimbulkan efek jera agar  place because negotiation is a cheaper way
            orang tidak lagi melakukan perbua-  of resolving controverversies than ligitatuion
            tan tersebut. Dengan kata lain, pen-  Its incidence is therefore determined by the
            ghukuman dilakukan agar terdapat  relative costs of negotiation and of litiga-
            efek jera (Deterrence Effect) bagi para  tion and by the amount of uncertainty over
                                                                    8
            pelaku dan orang-orang yang memi-   the outcome of litigation”.  (Terjemahan
            liki niat untuk melakukan perbu-  bebas penulis adalah plea bargaining/
            atan tersebut. Teori hukuman ber-   tawar menawar plea  (pembelaan)
            pendapat bahwa semua perbuatan  terjadi karena merupakan cara
            yang berlawanan dengan keadilan  negosiasi yang lebih murah untuk
            harus menerima hukumannya dan  menyelesaikan perselihan daripada
            sesuai dengan etika yang tidak  melalui  litigasi.   Oleh karena  itu,
            mengizinkan berlakunya sesuatu  terjadinya plea bargaining bergantung   Artikel
            kehendak subjektif bila kehendak  pada biaya relatif negosiasi dan
            itu bertentangan dengan hukum,  dipengaruhi  oleh  jumlah ketidak-
            karenanya  banyaknya hukuman ke-    pastian hasil litigasi).
            pada pelaku tindak pidana korupsi     Prinsip  efisiensi  dalam  Econom-
            haruslah sebanyak  kejahatan yang  ic Analysis of Law tersebut mendasa-
            dilakukannya. Sebagaimana dinya-    ri,  mengapa negara-negara yang
            takan dalam “Philosophy of Vengeance”  orientasi hukumnya  “Common Law”
            dari teori mempertakutkan “An Eye  lebih mudah menerima ketentu-
            For An Eye”, dalam tataran inilah  an-ketentuan dalam  UNCAC 2003
                        6
            sebenarnya pemulihan aset berada.   untuk pemulihan aset antar negara
               Pemulihan aset pelaku tin-       ini, sementara negara-negara yang
            dak pidana korupsi dapat melalui  orientasinya “Civil Law” sangat sulit
            pengembalian secara langsung atau  dalam menerapkan  Plea Bargaining
            yang disebut NCB  Asset Forfeiture  System. Hal ini menurut pendapat
            system.  NCB (Non  Conviction  Based)  Klaus Mathis, dikarenakan “the ef-
            esensinya adalah “Negatiation Plea”  ficiency goal should be given due attention
            atau “Plea Bargaining System” yang  at the level of legislation and not delegat-
            efektif diterapkan di negara-negara  ed to the judicial process”,  sebaliknya,
                                                                     9
            yang menganut Common Law, dalam  di negara-negara yang menganut
            konteks Economic Analysis of Law, Plea  sistem Civil Law, sebagaimana haln-
            Bargaining tersebut dimaksudkan  ya Indonesia, penerapan NCB (Non
            untuk  “(1)  Maximizing  economic  effi-  Conviction Based) tidak akan ber-
            ciency, (2) Minimizing transaction costs”.   jalan efektif, karena sesuai dengan
                                             7
            Lebih lanjut terkait “Plea Bargaining  pendapat dari Richard Posner, “pol-


            6
              Richard A. Posner, The Economic of Justice, Massachusetts, Harvard University Press, 1981, hlm.
            208.
            7
              Klaus Mathis, Efficiency Instead of Justice, Law and Philosophy Library 84, Translator Deborah
            Shannon, Springer Science Business Media, BV, 2009, hlm. 63.
            8  Richard A. Posner, Economic Analysis of Law, Ed. 4, Boston, Little Brown & Company, 1992, hlm.
            529.
            9
              Klaus Mathis, Efficiency Instead of Justice, Law and Philosophy Library 84, Translator Deborah
            Shannon, Springer Science Business Media, BV, 2009, hlm. 204.

                                                                              17
            Artikel Warta Pengawasan Nomor 1 Tahun 2022
   72   73   74   75   76   77   78   79   80