Page 75 - WP 1 2022
P. 75

tahap  “Arraigment” dan  “Preliminary  belum  memiliki peraturan perun-
            Hearing”, melingkupi pemberita-     dang-undangan yang sejalan dengan
            huan terkait tuduhan dan pembe-     pemulihan  aset  berdasarkan  UN-
            rian kesempatan kepada tertuduh  CAC 2003, sehingga upaya pemuli-
            untuk menjawab, apakah ia akan  han aset tindak pidana korupsi yang
            berpendapat bersalah (“Guilty”) atau  berada di luar negeri menjadi sulit
            tidak bersalah (“Not Guilty”) ataukah  untuk dilaksanakan karena belum
            tidak menentang tuduhan dengan  adanya ketentuan yang sama, masih
            terminologi  “Nolo Contendere” (No  bertumpu kepada ekstradisi dalam
            Contest). Jika ia mengaku bersalah,  hukum internasional, yang pada
            proses selanjutnya adalah penjatu-  kenyataannya terdapat banyak ken-
            han hukuman tanpa melalui “Trial”.  dala untuk melaksanakan ekstradisi
            Akan tetapi, jika ia tidak mengaku  tersebut. Ekstradisi secara teoritis,
            bersalah, maka akan dilanjutkan  adalah:  4
            dan diadili dengan mempergunakan      “Proses di mana menurut traktat   Artikel
            sistem juri. Mengenai “Plea Bargain-  atau atas suatu dasar timbal balik
            ing” tersebut, diketahui beberapa hal  suatu negara menyerahkan kepada
            sebagai berikut:                    negara yang lain atas permintaan-
            1.  “Plea Bargaining” pada hakikatnya  nya seseorang yang dituduh atau
               adalah negosiasi antara penun-   dihukum atas tindakan kriminal
               tut umum dengan tertuduh dan  yang melanggar hukum negara
               pembelanya;                      yang meminta itu, karena negara
            2.  Negosiasi tersebut dimaksudkan  yang meminta itu berkompeten un-
               untuk mempercepat proses per-  tuk mengadili si tertuduh itu.”
               kara pidana;
            3.  Negosiasi harus berlandaskan      Kendala dalam melaksanakan
               “kesukarelaan” tertuduh dalam  suatu ekstradisi adalah harus ter-
               mengakui kesalahannya dan ke-  lebih dahulu terdapat traktat atau
               sediaan penuntut umum untuk  perjanjian timbal balik antar nega-
               memberikan ancaman hukuman  ra yang akan melakukan ekstradisi.
               yang dikehendaki tertuduh dan  Koruptor yang melarikan diri ke
               pembelanya;                      luar negeri, sulit untuk diekstradisi,
            4.  Hakim tidak diperkenankan un-   karena Indonesia belum memiliki
               tuk ikut terlibat dalam negosiasi  perjanjian timbal balik dengan ne-
               tersebut.                        gara yang diminta untuk pengeks-
                                                tradisian tersebut.
               Konsekuensi  dari  diratifikasin-  Sementara itu, menurut Pasal
            ya UNCAC 2003 bagi sistem hu-       18  ayat 2  UU 31/1999,  pengatur-
            kum Indonesia adalah penyitaan  an mengenai pemulihan aset han-
            dan perampasan hasil dan instru-    ya dapat dilaksanakan jika pelaku
            men tindak pidana menjadi bagian  kejahatan oleh pengadilan telah
            penting dari upaya menekan ting-    dinyatakan terbukti secara sah dan
            kat kejahatan korupsi, baik dalam  meyakinkan bersalah melakukan
            skala nasional maupun skala in-     tindak pidana korupsi (berkekuatan
            ternasional. Namun, kenyataannya  hukum tetap) mengakibatkan adan-
            menunjukkan bahwa di Indonesia  ya waktu yang panjang dalam proses


            4  J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, Jakarta, Aksara Persada, 1989, hlm. 35.


                                                                              15
            Artikel Warta Pengawasan Nomor 1 Tahun 2022
   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80