Page 233 - THAGA 2024
P. 233
memanggil seorang pelayan dan menyerahkan sebuah credit
card warna hitam.
“Harusnya begitu, Nas. Cuman mungkin malam ini aku gak
bakalan tidur.”
“Lah, kenapa, Gal?” tanyanya dengan muka yang sendu
seperti biasanya.
“Aku gak mau melewatkan pemandangan wajahmu saat
kamu terlelap. Miss it.”
“Gal, jangan bikin aku makin nyesel sudah ninggalin kamu.
Kamu jahat, loh nanti soalnya kamu bisa bikin aku sakit ati yang
sangat.” Suaranya serak dalam.
“Kalo benar begitu adanya. Berarti mitos kalo orang yang
paling menyakiti adalah orang yang paling disayangi benar,
dong? Berarti bagus. Artinya kamu benar-benar sayang aku,
Nas,” jelasku datar tanpa rasa bersalah.
Seorang pelayan mendatangi meja kami dengan membawa
bill dan kembalian dalam bentuk cash. Nastiti segera meneliti
struknya. Seperti namanya, dia selalu teliti dalam segala hal.
Selembar uang kertas seratus ribuan dan sisa kembalian dia
tinggalkan sebagai tips yang akan dibagi oleh pegawai resto itu
nantinya saat gajian.
Kami pun segera kembali menuju kamar 1213. Nastiti
segera membersihkan wajah yang menjadi ritualnya sebelum
tidur. Aku memilih untuk mempersiapkan perjalanan nanti.
Saat ini menuju Bromo harus daftar online dahulu meski saat
daftar offline bisa dengan cara mengganti tiket cancelan yang
dipastikan akan mengeluarkan uang lebih.
“Gal ambilkan hoodie sama cargo pants di koper, dong. Ada
dua, ambil dua-duanya. Satu pasang buat kamu. Ukurannya
sudah aku sesuaikan seperti biasa, ntar kamu pake, ya!”
THAGA 225
GALGARA