Page 241 - THAGA 2024
P. 241
Setelah membungkus lima nasi bebek cabang Purnama
yang sampai sekarang masih menjadi misteri di mana pusatnya.
Kami melanjutkan perjalanan menuju hotel JW Marriott.
Sial bagiku, mendadak gadis dengan kulit kuning langsat di
sampingku mengeluarkan semua isi perutnya di dalam kabin
kendaraan. Beruntung di tas kecilnya ada sehelai plastik hitam
sisa buat membuang pembalut bekas pakai.
“Kamu abis minum banyak, Chen? Jackpot terus. Kalo
hangover gini kita nyari air kelapa dulu saj, ya. Biar fresh lagi.
Gak enak nanti sama tamu kita.”
“Aduh, iya, nih, Mas Gal. Ke Indomaret bisa gak, nyari
hidrococo sama beliin rokok mentol. Biar cepet balik lagi
kondisiku.”
“Ya, oke, pas di depan ada, tuh.” Sesuai perkiraan,
minimarket milik Anthoni Salim yang merupakan orang terkaya
ketiga di Indonesia pun muncul.
Segera aku menepikan kendaraan dan menebus minuman
dan rokok pesanannya. Di dalam kabin kendaraan aku
memeriksa kulit tubuhnya yang menghangat.
“Kamu jadi beneran kuat? Kalo gak kuat mending istirahat,
Chen, daripada nanti kamu malah kenapa-napa aku juga yang
repot. Aku gak mau kamu kenapa-napa, loh,” ibaku sembari
memijat tengkuknya yang turut pejal karena tegang saat
mengeluarkan isi perut. “Nih, roti dimakan biar gak masuk
angin! Aku suapin, ya?” tanganku segera saja merobek Sari
Roti Sandwich rasa cokelat seukuran one bit size.
“Kuat, Mas Gal. Makasih, ya. Udah enakan, nih, mataku. Tadi
mata sempet ada kunang-kunang dan perut rasanya dimasukin
banyak kupu-kupu,” jawabnya setengah melantur. “Lanjut,
yok, Mas Gal. Kuat aku, tuh. Udah biasa jackpot, tadi lupa
THAGA 233
GALGARA