Page 242 - THAGA 2024
P. 242
gak makan dulu soalnya.” Dia menggenggam lenganku. “Aku
sambil ngerokok, ya, Mas. Matiin ac-nya bentar, ya.” Tangannya
memantik korek Zippo dan bibir belah tengahnya menghisap
sebatang rokok LA mentol. Setelah itu, aku menurunkan kedua
jendela depan mobil untuk membiarkan udara bersirkulasi.
“Oiya, Chen. Aku mau ngasih kamu prospekan. Pak Jun
ini bisa dibilang calon gadun atau sugar daddy atau orang
awan bilang om om. Dia punya banget potensi itu. Nah, para
pengusaha-pengusaha kaya atau pejabat-pejabat tinggi itu
setidaknya pasti punya simpenan atau sugar baby yang pastinya
lebih muda, lebih cantik, atau lebih menarik dibanding yang di
rumah. Kamu aku kasih target untuk bisa dapat minimal fasilitas
apartemen. Kamu sudah pantas buat tinggal di apartemen.”
“Oiya, Mas Gal? Wah, seru, nih. Tantangan buat aku. Tapi
Mas Gal bisa bantu manajeri aku, kan, dalam prosesnya?
Kenapa Mas Gal bisa yakin aku bisa?”
“Pasti aku dampingi. Aku tau potensimu, Chen. Udah
tanggung kalo kamu gak jadi yang terbaik sekalian. Mereka
ini duit ada, tapi gak mau jajan. Maunya yang aman-aman
saja. Tapi, di sisi lain gak mau terikat seperti punya istri muda.
Akhirnya mereka memilih di tengah-tengah, yaitu memiliki
seseorang tapi tidak terikat. Ada juga yang punya alasan kalo
gak mau BO di hotel karena privasi. Kurang intim atau gak
ada bounding kalo mau ayut pake BO. Adalagi alasan lainnya
karena mereka alergi lateks, alias mau tembak dalam. Kalo
harus tembak dalam, kamu mau gak mau harus mulai belajar
pake pil kontrasepsi.”
“Wait. Ayut itu apaan, Mas Gal?” Bibirnya mengambil napas
dalam-dalam.
234 THAGA
GALGARA