Page 255 - THAGA 2024
P. 255
“Iyah, aku minta maaf, Nas. Aku yang salah. Mungkin saat
itu aku belum cukup dewasa untuk ngerti keadaanmu.” Tangan
kiriku merengkuh wajahnya. “Lagian kalo mau jujur. Rasa sakit
ini memang buah dari kesalahan kita berdua. Sebab akibat.
Karena mau bagaimanapun yang namanya pacaran itu pasti
bikin dosa. Meski kita bisa berkilah pacaran kita pacaran yang
sehat. Zina itu banyak macamnya. Mungkin kita gak pernah
sentuhan, tapi perasaan dan rasa kagum kita tetap saja bukan
pada tempatnya. Makanya aku ajak kamu nikah saat itu. Kita
sudah hampir melakukan hal itu, kan? Andai aku gak ngerem.
Pasti hingga sekarang kamu menanggung sesal karena sudah
berbuat yang melampaui batas. Bahkan kamu bisa lihat, kan.
Sampai sekarang kamu masih gadis yang suci. Kita harus akui
kalo kita masih kalah sama nafsu, Nas.”
Kini tampak sorot matanya sayu. Wajahnya disurukkan
pada lenganku. Gerung suara sesenggukan tipis yang menyayat
telak menyiksa runguku. Hatiku terasa jerih dibuatnya. Aku
menyadari sudah kasar pada ciptaan Tuhan yang halus.
Bagaimanapun lelaki harusnya bisa menaungi. Mungkin malam
ini aku sudah terlalu lelah.
“Itulah, Gal kenapa aku sayang kamu. Kamu bisa jaga aku.”
Titah suara seraknya melayut ditambah mata yang lengas.
“Meski kamu gak bisa buat aku bahagia, minimal kamu gak
pernah bikin aku nangis.” Bulir-bilir bening hangat kembali
meleleh.
“Sudahan, dong, Nas nangisnya. Sini aku bersihin dulu
matanya.” Tangan kananku mengusap lembut mata dan pipinya.
Tangannya langsung menepuk pundakku berkali-kali. “Itu
tangan belum dibersihin dari lemak nasi bebek, loh. Kotor tau,”
teriaknya, “udahan ah. Aku bersih-bersih dulu. Abis ini ayo
THAGA 247
GALGARA