Page 252 - THAGA 2024
P. 252
“Untuk satu itu kamu gak perlu khawatir. Kamu masih inget
kan kata Ki Ageng, guru spiritual kita kalau lelaki berdarah manis
sepertiku sejak lahir itu punya Kodam pelindung. Jadi aku yakin
Ratu gak akan bisa nyelakain aku. Justru aku lebih memikirkan
keselamatanmu, Nas. Lagian harusnya orang seperti aku
biarkan saja binasa, Nas. Udah berlumur dosa. Udah pantas
untuk mendapatkan balasan berupa siksaan. Hukum sebab
akibat.”
Aku beranjak dari atas kasur dan segera menuju sofa untuk
menyantap makanan yang masih suam-suam kuku. Nafsu
makanku kembali saat harus memperjuangkan orang yang
pernah menjadi penyemangat dan tujuan akhir harapanku.
“Yakin, Gal? Tapi kita naik mobil saja ya, biar aku bisa
gantiin kalo kamu capek. Oh, iya, aku gak peduli sama masa
lalu bahkan kelakuan bejatmu, Gal. Bagiku kamu tetap manusia
yang berhak mendapat kesempatan untuk kembali ke jalan
yang benar.” Dia mengambil makanan lalu disodorkan di meja
marmer oval.
“Gak bisa, Nas, kita harus tetep motoran. Jalan ke sana
ujungnya cuman bisa dilalui motor.” Tanganku yang belum
menjamah makanan mengusap-usap rambut halusnya. “Kita
juga harus menyiapkan ubarampenya dulu, Nas.”
“Ubarampe? Kamu ngelakuin pesugihan?” Nastiti mulai
menyuapkan nasi ke mulutnya. Bagi kami gak ada nasi seperti
belum makan meski sudah makan steak sebegitu banyaknya.
Si Dasim tersenyum lebar.
Aku menggelengkan kepala, “Sebenernya aku gak sengaja
ngelakuinnya. Sejak kamu ninggalin aku, hidupku seolah hancur,
Nas. Aku sering menyendiri ke tempat sepi. Gunung, laut, hutan
bahkan goa. Suatu ketika aku bertemu dengan Ratu saat aku
244 THAGA
GALGARA