Page 251 - THAGA 2024
P. 251
Jantungku pun dibuatnya berdenyar. “Ah ini pasti kerjaan
Ratu, dia sepertinya serius minta dikunjungi. Mau tak mau aku
harus meluluskan permintaannya ,” batinku menimbang.
Nastiti menatap tajam seperti sedang menyelami pikiranku.
“Gal kamu kenapa jadi begini? Jangan buat aku khawatir.” Dia
mendekap badanku. “Ah aku inget benda itu. Jangan-jangan,
Gal? Kamu barusan ketemu dia? Jangan bilang iya,” selidiknya
seolah bisa menerawang apa yang terjadi padaku. Aku hanya
menatapnya lemah, sorot mataku seolah menjawab semua
pertanyaannya.
“Kok, Bisa, sih, Gal? Apa kamu belum membuang benda
terkutuk itu? Kayaknya kita harus buang benda itu dulu, deh
Gal biar kamu gak terus-terusan diganggu,” ujarnya khawatir.
“Berarti sekarang ini kita sedang diawasi sama dia, Gal?” Nastiti
teringat.
“Sejak kamu pergi. Benda itu kembali lagi dengan
menawarkan aku berbagai kemudahan hidup. Bagai kartu
kredit atau pinjol, pelan-pelan dia menghisap semuanya. Lintah
darat memang,” jawabku beralasan.
“Kalo gitu kita cancel dulu saja, ya, ke Bromonya. Lebih
baik kamu istirahat sampai membaik dulu. Kalo sampai besok
gak ada perubahan, aku akan bawa kamu ke dokter, Gal.” Dia
menuntut untuk mengikuti arahannya.
“Jangan! Kita harus tetap berangkat malam ini. Tapi kita
gak akan ke Bromo, kita akan ke tempat aku ketemu Ratu,
Nas.” Tanganku melepas balutan selimut. “Demamku udah
turun juga, kok, ini. Ayo kita makan lalu siap-siap berangkat.
Kita nanti bakal lewat jalur yang dingin.”
“Tapi, Gal .... Kamu yakin akan ke sana lagi? Ini sudah mau
larut malam, loh, Gal. Aku khawatir keselamatanmu. Aku takut
dia nyakitin kamu, Gal.”
THAGA 243
GALGARA