Page 320 - THAGA 2024
P. 320
ranah hukum juga percuma, bakal ribet dan keselamatanmu
lebih rentan nanti. Apalagi kamu mau simpan ini biar gak
ketahuan siapa pun, kan?” Aku benarkan anak rambutnya yang
berantakan.
“Tapi, Gal, aku juga bingung harus gimana? Itu mereka
semua numpahin di dalem.”
Napasku terdengus kencang. Meski amarah sudah ada di
ubun-ubun, aku harus memilih opsi paling safety dan realistis
baginya. “Udah kita pulang, aku ada postinor di rumah, pil
kontrasepsi darurat. Dia bakal nyegah benihnya jadi.”
“Terus kalo videonya tersebar gimana, Gal? Malu aku nanti
sama orang-orang.”
“Nas, itu belum tentu terjadi dan kita berpikir saja kalo itu
gak akan terjadi. Dia juga beresiko kalo sampai berani nyebarin
videomu. Aku bakal bela kamu. Udah, ya, kamu tenang dulu.
Kita benahi pelan-pelan trauma kamu atas kejadian ini.”
“Aku rasanya udah kotor banget sekarang, Gal.” Matanya
menatap kosong.
“Gak ada yang tau, kok. Anggep saja ini pengorbanan
yang harus kamu lalui buat lepas dari dia selamanya,” ujarku
membesarkan hatinya. “Kita ambil hikmahnya.”
“Iya, Gal. Punyaku perih juga,” ucapnya masih terguncang.
Tak mudah memang baginya melewati kejadian ini. Terutama
psikisnya, aku yakin ini seperti mimpi buruk.
Aku berpikir sejenak, “Yaudah kamu nanti pulang naik bis
patas saja, ya, biar gak sakit. Aman, kok. Aku jemput di terminal.
Sebelum itu kita ke apotek dulu beli obat anti nyeri yang paten.
Sekalian beli pembalut biar kamu gak terlalu sakit nanti.”
“Gal, aku takut. Aku gak mau naik bis sendirian. Aku takut
dijahati orang lagi. Aku sama kamu saja. Pelan-pelan saja nanti
312 THAGA
GALGARA