Page 373 - THAGA 2024
P. 373
Aku yang duduk tegang tak henti-hentinya menatap gawai
untuk menghapal kalimat qabul. Aku menatap Arum dengan
cadarnya yang dipingit di ruang tengah oleh ibunya. Tangan
pengulu mencengkeram erat tanganku yang membeku.
Suasana mendadak menjadi lebih hening. Hidung menghirup
udara yang terasa semakin tipis.
“Bismillahirrahmanirrahim. Saudara Galang Anggara bin
Adhipramana Kamandaka. Saya nikahkan dan saya kawinkan
Anda dengan anak perempuan saya Arum Zahira binti
Rahadyan Rajendra dengan maskawin seperangkat alat salat
dan uang tunai satu juta rupiah dibayar tunai.” Tangan pengulu
menghentak tanganku yang membuatku cukup terkejut dan
membuyarkan hapalanku. Semua isi otak seperti menguap
begitu saja.
Dalam waktu sepersekian detik, aku pun segera fokus dan
menatap layar gawai untuk membaca teks qabul. Memang
payah ingatanku.
“Saya terima nikah dan kawinnya Arum Zahira binti
Rahadyan Rajendra dengan mas kawin tersebut dibayar tunai,”
ucapku dalam sekali napas.
“Syah?” tanya pengulu menengok ke kanan dan ke kiri yang
dianggukki dan disahuti serempak oleh para undangan. “Syah.”
Suara hening mendadak menjadi suara gema bagai serbuan
ribuan lebah.
Sebaris doa pun dilangitkan setelah Arsy Tuhan bergetar.
Aku pun menangkupkan wajah dan menutupinya lalu berpikir,
dengan umpatan khas Surabaya, “apa yang sudah aku lakukan.”
Kegamangan menyergapku.
THAGA 365
GALGARA