Page 376 - THAGA 2024
P. 376
kurung lebar melembari tubuhnya. Cadarnya sudah dilepas
sejak ijab qabul diikrarkan. Wajah ayu khas Jawa Tengah
terpampang jelas di sampingku. Ceruk lesung di pipinya tergurat
kala mengulaskan senyum.
“Mas, terimakasih, ya sudah nyelametin adek. Sekarang
status perawan tua adek sudah resmi berganti. Meski adek tau
mungkin Mas belum ada rasa ke adek tapi pengorbanan dan
cara Mas menekan ego sendiri bisa membawa kita sampai titik
ini.”
Aku mengangguk. “Kamu belum tau saja apa niatku Rum,”
batinku bersuara.
“Tiket surga itu sebenarnya murah, Mas, cuman kebanyakan
kita gak mau. Separuh agama kita sudah disempurnakan. Kita
tinggal menjalani ibadah terpanjang sekarang. Menunggu waktu
salat dan menunggu ajal menjemput. Siapa tau waktu membuat
perasaan kita tumbuh.” Mata bulan sabitnya teduh.
“Kalo soal perasaan atau soal cinta itu aku gak peduli
sebenernya. Karena setauku cinta itu egois. Dia tak mau berbagi.
Misal kamu cinta aku, mau gak kamu beri aku kesempatan untuk
menyanding orang lain juga. Mendua? Gak mau, kan? Oleh
karena itu, terkadang aku juga egois karena menuntut mereka
yang dulu sama aku untuk setia. Biarlah mereka selamat jika
sama aku daripada dipermainkan diluar sana tapi kalo mau
jujur sebenarnya aku juga termasuk jadi mempermainkan
mereka. Terutama harapan mereka yang egois tentang cinta.
Menurutku jika perempuan memang kodratnya hanya dengan
satu lelaki, berbeda dengan lelaki yang diciptakan memang
sebagai penaung.”
“Kalo adek menuruti ego pasti gak mau. Tapi kalo itu
kehendak, Mas, adek akan dukung apa yang ingin Mas lakukan.
adek hanya ingin menjadi istri yang patuh.”
368 THAGA
GALGARA