Page 380 - THAGA 2024
P. 380
sekali menimbulkan petaka yang mengeruk kembali harta
tersebut.”
“Kita harus membulatkan tekad jika kelak diberi harta itu
dibawa ke jalan ibadah. Dan semoga dalam prosesnya, apapun
yang kita lakukan senantiasa bersandar serta mendapat rida
Allah.”
Entah kenapa percakapan kali ini selalu menjurus ke
persoalan kehidupan kubur dan langit. Tak ingin larut dan ikut
arus percakapannya, aku mengalihkan pembicaraan ke arah
malam pertama. “Jadi, malam ini aku bisa mengambil hakku
sebagai suami? Sudah siap, kan?”
“Tapi kita tetap sesuai perjanjian kan, Mas? Kalo Mas gak
sampai bikin aku berbadan dua.” Mendadak kedua matanya
membola dan bergetar. Seolah ada bekas ketakutan yang
masih tersisa di dalam sana. Ada sesuatu yang disembunyikan
rapat-rapat olehnya.
Memang benar jika sebuah kesalahan yang pernah
dilakukan oleh seseorang itu akan meninggalkan tanda pada
orang tersebut. Terutama di wajah. Hingga orang yang dirugikan
pun terkadang masih tak bisa menerimanya, meski si pelaku
kesalahan sudah memperbaiki semuanya.
Malam semakin dingin, mata kami mulai samar-samar
meredup. Lelah berbincang, akhirnya dia memilih tidur
menghadap tembok, tubuh indahnya memunggungiku. Aku
yang sudah menahan hasrat mulai beringsut mendekatinya,
melingkarkan tangan di atas perutnya. Kuendus rambut hitam
lembutnya yang sudah terlepas dari jilbab lebarnya, hingga
embusan napas hangatku terasa diceruk lehernya yang putih.
“Kamu tau gak jika di luar sana ada seseorang yang
mencintaiku tapi tak pernah menuntutku untuk menikahiku.
372 THAGA
GALGARA