Page 383 - THAGA 2024
P. 383
kurang, membuat mereka tidak berpikir panjang. Yang ada di
otak mereka hanya balas dendam,” tuturnya panjang.
“Entahlah mungkin itu tadi. Semua perempuan yang
mendekati atau menolongku pasti menginginkan imbal balik.
Yaitu menjadikan aku satu-satunya.”
“Jadi kamu gak mau dijadikan satu-satunya, Mas?” Dia
mendenguskan napas kesal pada wajahku. Bibirnya bergetar
seolah-olah ada kalimat yang tertahan disana.
Tapi getaran pada bibir tipisnya membuat aku mengartikan
lain. Begitu basah bibir itu hingga mendekatkan bibirku juga.
Mataku menatap lekat matanya yang terbaca berganti ketakutan.
Tanganku mencengkram erat tangannya. Jemari kami bertautan.
Suara dengus napasnya kami semakin bercampur. Jarak kami
hanya terpaut oleh limajari. Semua begitu dekat. Napasnya
semakin memburu. Badanku menghangat.
“Mas kamu janji gak bakal ngelakuin ini, kan? Dia bertanya
dengan meneguk saliva dan bibirnya tetap terbuka. Ada celah
di sana yang tanpa menunggu jawaban, bibir kami saling
menyapa lembut.
“Kalo hanya ciuman, pelukan dan skinship aku kira masih
dalam batas perjanjian,” jawabku dengan suara parau penuh
provokasi. Wajahnya memerah, degub jantung kami saling
memompa. Aliran darah berdesir kala tubuh kami saling bersatu.
Aroma keringat tubuhnya semakin membuat otakku membeku.
Tak lama kemudian tubuh kami sama-sama telah terlolosi dari
pakaian yang tadi melekati.
“Jangan, Mas. Jangan dimasukkan,” suaranya parau
dengan wajah mengiba. Kedua tangannya menahan tubuhku
yang kini berada di atas tubuhnya. Wajahnya seolah menyiratkan
potongan-potongan kejadian mengerikan dimasa lampau.
THAGA 375
GALGARA