Page 415 - THAGA 2024
P. 415
menggerakkan jemari tangan dan kaki untuk segera
menyusulnya. Kini kami sudah berada di ketinggian yang
cukup mendebarkan. Burung-burung warna hitam yang entah
apa namanya terbang bersisian dengan kami. Kepakan sayap-
sayapnya seperti sebuah tari penyambutan kedatangan kami.
Cuitannya seolah mengucapkan kata selamat datang dan
teriakan pengobar semangat yang hangat.
“Hai kawan. Terimakasih penyambutannya,” balas sapaanku
dalam hati. Kini kami duduk dengan kaki menggantung di
bibir gigir tebing sembari menikmati pemandangan indah
yang terbentang luas dari atas sini. Angin semakin terasa
sapaannya kala aku coba beringsut mendekati wajahnya.
Kucoba peruntungan untuk sebuah ciuman yang membara. Tak
disangka, tubuhku ditahan dengan kokoh olehnya.
“Gal, aku sudah punya pacar, kita gak bisa langsung
ngelakuin seperti dulu. Aku harus menjaga perasaan dia, kan,
Gal? Aku gak mau kena karma. Apalagi kamu ini suami orang.
Hei ... sadar. Kita berteman sehat seperti dulu lagi, ya.”
Wajahku seketika masam. Aku seperti tertolak oleh
orang yang aku sayangi. “Aku seperti kehilangan rumah kalo
kamu nolak aku gini, Ester. Selama ini rumahku kamu.” Aku
memasang suara dan wajah sedih. Biasanya wanita akan luluh
karena kasihan. “Kalo begini buat apa jauh-jauh naik ke sini. Ini
gak akan bisa membuatku sembuh.”
Suara panggilan gawai terdengar. Tampaknya dari gawai
milik Ester. Dia segera menunjukkan ekspresi terkejut dan
segera mengangkatnya. Aku tak mau mencuri dengar, tetapi
tampak suara orang di seberang sana begitu emosi.
Ester segera memberikan gawainya padaku yang langsung
aku terima dan tempel gawai tersebut ditelingaku. Aku siap
mendengarkan.
THAGA 407
GALGARA