Page 416 - THAGA 2024
P. 416
“Hei kau orang gila. Jangan ganggu pacar orang! Cepat kau
bawa balik pacarku dan jangan kau ganggu dia lagi atau aku
hajar kau.” Nadanya terdengar kasar dan ketus dari seberang
sana.
Telingaku mendadak panas. Hatiku bengkak mendengar
ucapannya yang tanpa tedeng aling-aling. “Brengsek. Ayo
ketemu!” Aku menantangnya dengan kata yang tak kalah kasar.
Ester segera merampas gawai dari tanganku dan
mengambil alih komunikasi untuk menengahi kami. Suara Ester
tampak tegas dan meninggi kepada pacar barunya. Sejujurnya
emosiku meledak bukan karena dimaki oleh lelaki di seberang
sana tapi karena ego dan rasa cemburu yang membakar
sebongkah daging dalam tubuhku.
Aku hanya terdiam dan segera menyiapkan diri untuk
melakukan repling agar dapat menuruni tebing dengan cepat.
Ester menyusulku setelah menyelesaikan urusan dengan pacar
barunya. Tubuhku mendadak tergigil hebat saat mengemasi
peralatan panjat. Kami segera kembali ke kota menyisakan
kenangan pahit di Gunung Api Purba Nglanggeran. Dalam
perjalanan yang terasa singkat itu kami berdua hanya diam dan
Ester memintaku menghentikan laju roda kala kami sampai di
gerbang terminal Janti.
Aku turun dari motor masih dengan wajah terlipat. Ester
pun segera turun dari motor dan mengambil alihnya. Tas carrier
segera diletakkan di atas jok.
“Gal, aku gak bisa anter sampe dalem. Aku harus pergi. Aku
gak mau cowokku nyusulin aku dan kalian bertemu. Cowokku
temperamental, Gal. Kamu pasti paham kondisinya. Maaf, ya
aku tinggal dulu. Jaga diri baik-baik.” Tubuhnya memelukku
meski kurasakan pelukannya dingin tak hangat seperti dulu
lagi. Dan itu menjadi pelukan terakhir darinya.
408 THAGA
GALGARA