Page 450 - THAGA 2024
P. 450
aku menatap wajah Nabila yang tampak menikmati perjalanan.
Jendela pintu diturunkan setengah untuk menikmati segarnya
aroma pinus dan dinginnya hawa sejuk pegunungan di luar.
Memasuki Jalan Raya Tretes, kami meneruskan perjalanan
hingga melewati Gang Sono yang terkenal mirip dengan Gang
Dolly di Surabaya. Meneruskan perjalanan ke Jalan Taman
Wisata dan akhirnya kami sampai di Pasar Tretes, segera
kuparkirkan kendaraan di dekat Indomaret Pasar Tretes.
“Mau makan apa, Nab? tanyaku sembari menggandeng
tangannya yang hangat.
“Saya ikut Mas Gal saja. Tapi kalo bisa minum yang
hangat saja, Mas Gal. Agak kenyang soalnya.” Tangannya
menggandeng tanganku. Kami seperti sepasang kekasih.
“Yaudah kita masuk ke sana saja, Nab,” tunjukku dengan
mengangkat dagu.
Kami duduk di meja tenda pujasera pinggir jalan milik Elsava
Cafe. Baru saja memindai lembar menu, meja kami sudah
dihampiri pengamen dengan instrumen alat musik lengkap.
Sebatang rokok langsung aku cubitkan untuk mereka. Sengaja
aku beri rokok alih-alih recehan, sebab aku paham hasil dari
ngamen seperti itu nantinya bakal dibuat pesta menenggak air
surga.
“Sate kelinci tanpa nasi, wedang ronde sama angsle, ya.
Nanti kamu coba saja suka yang mana,” tawarku pada Nabila
yang mengusap lengan tangannya menghalau dingin.
“Saya kok kasihan, ya, Mas Gal. Kelinci yang imut disate.
Gak tega rasanya.”
“Ya sama saja kayak ayam, gak kasihan sama ayam?
Mereka, kan juga lucu, Nab.”
“Beda, Mas Gal. Kelinci itu imut. Saya nanti gak makan
satenya, ya. Gak tega saya.”
442 THAGA
GALGARA