Page 507 - THAGA 2024
P. 507
perutnya. Satu tangannya menyanggah pada kursi.
“Pengen bab?” tanyaku memastikan mules kenapa. Segera
aku hentikan suapan makanku dan bergegas menuntun Ester
ke toilet. Cara berjalannya seperti penguin, seraya menahan
bagian bawah perutnya.
Berjalan sekitar 50 meter dari tempat kami santap
makan. Sampailah kami di toilet khusus perempuan. Tentu
aku menunggunya di luar menyelesaikan urusannya. Waktu
berjalan lambat, aku duduk jongkok menempelkan punggung
pada dinding sambil memainkan gawai. Hingga tak terasa ada
sekitar 30 menit berlalu tapi tak ada tanda-tanda Ester akan
keluar.
Aku yang punya firasat segera masuk ke dalam toilet yang
tanpa ada penjaga. “Ester. Ester,” panggilku ke bilik-bilik toilet
yang tertutup. Tak ada jawaban, aku terus berjalan sambil
menyebut namanya. Terdengar suara tangisan bayi dirunguku.
“Gal,” sahut suara Ester yang lemah dari bilik yang berada
di tengah.
“Ester?” tanyaku seraya mengetuk pintu dan mendengarkan
jawabannya.
“Aku di sini, Gal,” jawabnya dengan suara lemah. Aku
langsung saja mendobrak pintu yang diselot. Beruntung
selotnya dari paku kecil yang dicantumkan.
Apa yang ku khawatirkan terjadi. Kulihat Ester duduk di
keramik toilet. Darah menggenang di atasnya. Tangannya
menggendong bayi yang berwarna kemerahan masih terbalut
darah. Plasentanya juga sudah keluar. Aroma uaran darah
langsung menusuk hidungku. Suara aliran keran air mengalir
bersahutan dengan suara tangisan aktif bayi menyamarkan
aktivitas kami. Beruntung lampu di sini terang.
THAGA 499
GALGARA