Page 504 - THAGA 2024
P. 504
Matanya sayu lalu membuang muka, memandang jauh ke
luarjendela. Kemudian dia kembali menatapku. Kedua mata
kami saling bertumbuk pandang. Namun, tak juga terdengar
suara dari balik bibirnya. Dia diam mematung. Aku pergi dari
hadapannya untuk membuang gelas Pop mie dan gelas teh
dari karton, lalu kembali ke hadapannya. Tapi tubuhnya sudah
membelakangiku. Dari pantulan kaca yang berpendar cahaya
aku coba menghiburnya.
“Ester. Sebagai manusia, tentu pengetahuanku tentang
masa depan itu terbatas. Tapi kamu sudah memenangkan
hatiku. Aku akan memperjuangkan kamu.”
Sudut matanya melirikku. Bening matanya berlinangan,
meleleh membasahi pipi yang terang. Seleret rintik hujan
membelah gumpalan embun di kaca jendela. Cahaya merah
kuning dari kendaraan dan jalanan, membentuk ambience
pendar blur yang menciptakan retro vibes. Wajahnya menangis
tanpa suara, angel raut mukanya begitu aesthetic. Jika saat
ini mataku adalah sebuah kamera, maka kamera ini terus
melakukan shoot tanpa henti pada objek vintage yang romantis.
“Kamu menangis saja seindah ini, loh .” Otak dan batinku
sependapat. Netraku tak henti-hentinya menangkap lansekap
pahatan raut wajahnya untuk kusimpan di memori otak. Darah
mengalir berdesir dan tak henti-hentinya membuat jantungku
berdetak.
“Udah, sih, Ester, aku cuman bercanda, kok. Aku cuman
pengen tau kamu beneran mau kembali sama aku apa gak.
Udah disimpen lagi air matanya, gak enak dilihat orang,” kataku
sembari mengusap lelehan air mata di pipinya.
“Jangan buat aku takut, Gal,” ujarnya sembari memeluk
tubuhku. Dagunya ditaruh di atas pundakku. Terdengar
gemeretak gigi laksana orang yang sedang ketakutan.
496 THAGA
GALGARA