Page 499 - THAGA 2024
P. 499
lelaki yang tak tampak wajahnya dari balik pintu. Tangannya
menggebrak pintu. “Biarin gua masuk,” serunya lagi lebih
lantang. Mendengar kondisi seperti itu, tangan kananku tetap
pegang gawai untuk tetap melakukan perekaman, sedang
tangan kiriku mengancingkan kancing paling atas polo shirt
merah maroon yang aku kenakan. Lalu meraih jepit setengah
bulan warna jambon doff milik Ester untuk kusisipkan pada
rambut ikalku.
“Gak. Pergi lu. Cowok brengsek. Pergi , nggak? Gua panggil
sekuriti kalo Lu nekat,” ancam Ester tak kalah kasar.
Sejenak kemudian. Runguku mendengar suara berdebam,
netraku menatap tubuh Ester limbung lalu jatuh terjengkang
akibat adanya gaya dorong. Wajahnya menyuruk lantai yang
membuat dia tak bangun lagi.
Aku tetap duduk tenang sembari mengarahkan kamera
pada Ester. Mungkin jika nanti diputar rekamannya, pada
adegan itu harusnya di slow mo.
“Heh, Loe ngapain di sini? Siapa Loe?” bentak lelaki
berpakaian serba hitam mamba dengan nada kasar. Aku
memindai tubuhnya yang bongsor dan gempal. Aku harus
memakai otak jika melawan orang berotot yang dikuasai emosi
tingkat tinggi. Soal nyali aku gak goyah, tapi untuk meladeni
orangyang terdeteksi bersumbu pendek begini bakal rugi.
Melihat kekasihku dilukai dan ditantang. Seketika tubuhku
bangkit dari duduk. “Eh, Bang. Maap ye. Aku gak ikut campur
masalah, yu,” ucapku dengan nada lembek dan gesture
lembeng ala boti. Tak lupa tanganku melambai seraya menutup
sebagian mulut dengan jari yang terbuka. “Tapi, yu, sudah bikin
temen gua jatoh. Aye udah rekam. Aye bakal lapor polisi kalo yu
gak keluar,” ancamku dengan nada kaum pelangi.
THAGA 491
GALGARA