Page 497 - THAGA 2024
P. 497
Udara dingin kamar kini sudah menjadi hangat kembali.
Aliran darahku mengalir deras. Kuluman halus dari bibirku
hanya berlangsung sesaat kala Ester kembali mendominasi.
Ciumannya sudah sampai di leher, rasanya begitu panas
menyengat sakit sampe kemerahan tapi menambah kenikmatan.
Deru dan desah nafasnya semakin memburu, dan lantang
terdengar bersamaan dengan cekatannya tangan kami yang
sudah kenal untuk saling melucuti kain yang membalut tubuh.
Aku kira tubuh Ester di bawah sana sudah terbanjiri, aku
sangat hafal bagaimana geliat tubuhnya kala sudah basah.
Pipinya memerah, aroma keringat tubuhnya berbeda, hingga
pola tingkahnya yang semakin liar tak terkendali. Di saat seperti
ini akan kutatap wajah yang begitu indah. Fokusku tertuju pada
manik matanya yang tampak haus tapi ada satu pesan yang
tak bisa kucerna di dalam gelora birahi yang melandanya. Aku
ingat benar tanda dia siap dicumbu lebih jauh, ketika mata
cokelatnya memandangku lalu dipejamkan. Itulah tanda dia
siap dan dalam mode pasrah untuk aku apakan saja.
Aku mengajaknya berdiri lalu menggiringnya ke arah
jendela hotel. Aku sibak tirai jendela hingga dapat kulihat
lalu lalang kendaraan. Tones kulit Ester yang berwarna putih
gading semakin terang kala tersorot cahaya matahari. Aku
balik tubuhnya hingga membelakangiku. Lalu kedua tanganku
memeluknya dari bawah perut. Katanya posisi ini sangat
nyaman bagi bumil. Selanjutnya aku arahkan kedua tangan
dan pipinya menempel di jendela kaca. Aku tau fetisnya
menyukai hal baru yang memacu adrenalin. Dari lantai tiga
hotel di balikjendela kaca, aku membuat posisi Ester sedikit
menungging. Lalu aku mengayunkan tubuh secara pelan dan
konstan dari belakang. Memang posisinya terlalu beresiko kala
THAGA 489
GALGARA