Page 495 - THAGA 2024
P. 495
masuk ke leluhurmu yang China Melayu,” ujarku bebarengan
datangnya pesanan. “Ayo dimakan. Pelan-pelan.”
“Do’a dulu, Gal,” ucapnya seraya memejamkan mata dan
menggenggam satu tanganku. “Selamat makan, Gal.”
“Ester, kalo nanti anakmu cewek, biar aku yang rawat.
Kamu tau kan dari dulu aku pengen adopsi bayi cewek. Kalo
ibunya cakep dan pinter kayak kamu, pasti nanti debayinya
cantik,” ucapku sambil mengunyah ayam lada yang bumbunya
lumayan tajam menari dilidahku.
“Terimakasih, ya, Gal. Sudah mau nerima bayi ini. Aku
sudah USG empat dimensi juga, kok. Kemaren hasilnya
memang cewek. Makanya aku juga seneng banget. Aku mau
dia nemenin aku, Gal. Nemenin aku ngelanjutin hidup, tapi
untuk tahun pertama pasti aku bakal nyari orang buat ngerawat
bayiku, Gal. Aku harus kerja buat hidupi kami berdua, kan?”
“Sudah gak perlu kamu pikir terlalu dalam untuk hal itu.
Setiap anak itu membawa rezeki Ester. Dia hadir di dunia ini
pasti juga membawa rejekinya sendiri.”
“Iya, Gal. Semoga, ya. Terimakasih ya, Gal,” katanya
sembari mengunyah makanan.
“Dari tadi terimakasih terus,” batinku. Aku yang selesei
menandaskan makanan segera mencoba kudapan sebagai
hidangan pencuci mulut. Tak lupa secangkir es kopi yang
creamy sebagai penetral lidah.
Puas kami menyantap sarapan. Kami kembali ke kamar.
Waktu masih menunjuk angka 10. Masih ada dua jam lagi bagi
kami. Akupun membantu Ester untuk packing barang pribadi ke
kopernya, agar saat cek out tidak terburu. Tak lupa dokumen
penting persiapan persalinan seperti buku KIA, KTP, kartu
BPJS, fotokopi KK minus buku nikah.
THAGA 487
GALGARA