Page 551 - THAGA 2024
P. 551
meminta penjelasan dariku. Dia datang sendiri ke rumah orang
tuaku. Jelas dia masih hafal di mana, sebab dia dulu juga
pernah menghuni kamar yang sekarang ditempati oleh Nastiti.
Dipertengahan siang yang terik, sosoknya kini duduk di
kursi joglo dengan punggung ditegakkan penuh. Raut otot
mukanya serba tertarik tegang, dengan sorot kedalaman mata
yang membara, mulutnya digerak-gerakkan seolah makian dan
sumpah serapah ingin disemburkan dari dalam sana.
“Galang sudah menikah, Nduk. Endak baik kalo kamu
mengganggu pernikahan seseorang. Ibu dulu pernah merestui
kalian, tapi kalian tak kunjung bersatu karena berbeda. Ibu juga
pernah merasakan di posisi kalian, untuk mempertahankan
memang harus ada salah satu yang mengalah. Sedangkan
kalian berdua, punya pendirian yang kuat terhadap keyakinan
masing-masing,” tutur halus Ibu yang duduk berdampingan
dengan Nastiti di depan Ester. Mereka berdua selalu patuh, jika
Ibu sudah angkat bicara.
Masing-masing dari mereka kini saling tatap dalam diam.
Suasana menjadi hening. Dari balik jendela berjeruji, mataku
menatap pertemuan itu dari sudut sempit serta rungu yang
menajam untuk mencuri dengar.
Mendadak suara tangis Sasmaya melengking dari dalam
kamar sebelah. Ibu yang mendengarnya, bergegas pamit
meninggalkan Ester dan Nastiti. Aku pun keluar untuk menemui
Ester, lalu duduk disisi Nastiti.
“Nas, kamu masuk dulu. Aku mau ngomong berdua sama
Ester,” titahku tegas. Nastiti yang tampak belum puas atas
pertemuan ini pun mau tak mau harus mengikuti perintahku.
Jemariku menyulut ujung sebatang rokok lalu menghisap
pangkalnya, kuhembus kasar asapnya. “Ini semua di luar
THAGA 543
GALGARA