Page 555 - THAGA 2024
P. 555
Ester, kudengar gawaiku berdering. Nama
Nastiti masuk dalam panggilan.
“Halo. Assalamualaikum. Mas sedang di mana? Adek
memikirkan, Mas. Mas gak pulang? Adek khawatir Mas kenapa-
napa.”
“Mas, baik-baik saja, Dek. Mas sedang bertemu teman
Ester untuk membahas solusi atas perkara yang sedang Mas
hadapi. Adek baik-baik saja, kan?”
“Mas beneran ,kan di sana urus perkara? Mas gak sedang
nikah sama Ester kan?”
Nada tanyanya penuh selidik curiga.
Hatiku mendadak ngilu. Betapa kuat intuisi seorang istri.
“Mas, gak mungkin nikah.
Udah, ya. Nanti Mas kabari. Do’anya biar Mas segera dapat
solusi.”
Esoknya. Kami membeli satu cincin nikah emas untuk
Ester. Setelahnya, kami urus administrasi pernikahan di
gereja. Dengan menjelaskan beberapa hal tentang keadaan
kami, akhirnya pihak gereja mengizinkan dan membantu kami
menikah. Hanya kakak Ester dari pihak keluarga yang datang.
Setelah mengucapkan janji nikah yang sudah disediakan
oleh pihak gereja, selanjutnya kuambil kotak merah yang
bertahta cincin di antara lapisan beludru hitam. Segera
kusematkan cincin emas putih sederhana dengan ukiran cantik
yang sangat menawan pada jemari Ester. Berikutnya, kami
berlutut di depan pendeta yang memberikan pemberkatan
nikah dan doa. Setelahnya, aku membuka veil yang menutup
wajah Ester dan melakukan wedding kiss. Tanda tangan janji
nikah kami torehkan yang dilanjutkan dengan menjalankan
persembahan sulung.
THAGA 547
GALGARA