Page 558 - THAGA 2024
P. 558
Aku langsung teringat pada bayi yang baru saja kutabrak.
Sepertinya Nabila memang mengandung anakku. Aku telah
menghabisi Nabila dan juga anakku sendiri. Dan sekarang
anak itu menjadi bayi bajang, anak yang akan selalu dendam
pada orang tuanya. Biasanya bayi bajang terjadi karena
janin itu diaborsi atau terbunuh bersama ibunya yang sedang
mengandungnya. Seharusnya aku segera memberi anak ini
nama, mendoakan dan menaburkan bunga.
Segera aku merapal aksara Jawa terbalik. “Hanacaraka,
datasawala, padhagobloke, ah pikiranku lagi gak fokus.
Brengsek!” makiku pada diri sendiri.
Kupacu kendaraan di jalanan yang kini terasa sepi. Dari
jalurku maupun jalur arah berlawanan, tak kudapati sebuah
kendaraanpun lewat. Aroma anyir darah mulai menyeruak terhidu
ke dalam indera penciumanku. Udara seolah mengambang,
oksigennya terasa tanpa bisa terhirup lega. Dalam gelap pekat
malam, mataku menangkap tak ada satu pun pepohonan yang
bergerak tertiup angin.
Aku mulai menyadari, ini tanda-tanda aku tak berada di alam
dimensiku sendiri. Tiba-tiba sebuah sinar cahaya dari lampu bis
di belakangku menyorot lemah. Aku terus berkendara tanpa
mengurangi kecepatan. Sebuah bis yang tadinya di belakang
telah menjejeriku di jalur kanan. Bentuk masih normal namun
cat bodynya pudar dan banyak diselimuti karat. Kaca jendela
bis sudah pecah, tak ada satu pun yang utuh.
Kutatap lagi lekat-lekat bis yang sarat penumpang itu,
penumpangnya berwajah rusak parah. Noda darah menghiasi
tiap wajah mereka. Seketika kesadaranku semakin yakin bahwa
aku sudah berada di alam lain. Aku harus tetap berkendara apa
pun yang terjadi. Bis yang tadinya di sampingku mendadak
550 THAGA
GALGARA