Page 90 - THAGA 2024
P. 90
Saat PDKT seperti ini, aku lebih memilih sebagai pribadi
yang lebih banyak diam dan mendengarkan. Aku menganut
salah satu prinsip mafia Italia yang disebut omerta, artinya
tutup mulut. Perempuan akan ilfeel terhadap lelaki bermulut
ember, yang mulutnya tak punya rem dengan menjadikan
segala sesuatu menjadi cerita atau bahkan bahan gosip.
Karena perilaku seperti itu terkesan tidak maskulin. Berbicara
seperlunya dan jangan gampang mengumbar aib diri sendiri
apalagi aib orang lain agar dihormati wanita.
Perjalanan menuju Gunung Banyak begitu memesona,
setiap sudut dan lekukan jalannya begitu nyaman dan
memanjakan mata. Jemariku menyentuh tombol musik pada
setir, memilh folder sederet list musik yang ‘cukup minimalis’
dan dikombinasikan dengan sedikit teknik monolog dengan
lirik yang terdengar seperti bercerita, dan jatuh pada musik
folk. Musik minimalis dengan nada mendayu-dayu yang
sangat cocok dinikmati sembari menyantap secangkir kopi
untuk menemani indahnya senja di sore hari, kini nadanya
memenuhi kabin kendaraanku yang meliuk dengan kecepatan
berbahaya untuk mengejar waktu. Selain Endah N Rhesa, ada
pula beberapa nama hits musisi Folk lainnya yang ada dikoleksi
playlistku, sebut saja Rusa Militan, Mr. Sonjaya, Dialog Dini
Hari, Stars and Rabbit, Payung Teduh, Banda Neira, Jason
Ranti, Junior Somantri, Adithia Sofyan, dan masih banyak lagi.
Jangan lupakan si Murroh.
Setelah tiba di alun-alun kota Batu, estimasi sekitar delapan
kilometer jarak tempuh atau sama dengan dua puluh tiga menit
waktu tempuh, kami akan tiba di Gunung Banyak. Aku terus
memacu kendaraan ke arah barat daya. Dari Jalan Gajah Mada
kendaraan terus melaju menuju Jalan Sudiro. Berjalan lurus
mengikuti jalan utama dan mengambil Jalan Panglima Sudirman.
82 THAGA
GALGARA