Page 132 - Kelas_12_SMA_Sejarah_Indonesia_Semester_1_Siswa_2016
P. 132

3.   Penerapan Dwi fungsi ABRI

                  Konsep Dwifungsi    ABRI sendiri   dipahami  sebagai  “jiwa, tekad dan
              semangat pengabdian ABRI, untuk bersama-sama dengan kekuatan perjuangan
              lainnya, memikul  tugas  dan tanggung jawab perjuangan bangsa   Indonesia,
              baik di bidang hankam negara maupun di bidang kesejahteraan bangsa dalam
              rangka  penciptaan tujuan nasional, berdasarkan Pancasila  dan UUD  1945.”
              Berangkat dari pemahaman tersebut, ABRI memiliki keyakinan bahwa tugas
              mereka tidak hanya dalam bidang Hankam namun juga non-Hankam. Sebagai
              kekuatan hankam, ABRI merupakan suatu unsur dalam lingkungan aparatur
              pemerintah yang bertugas   di  bidang kegiatan “melindungi  segenap bangsa
              Indonesia  dan seluruh tumpah darah Indonesia.”   Sebagai  kekuatan sosial,
              ABRI adalah suatu unsur dalam kehidupan politik di lingkungan masyarakat
              yang bersama-sama dengan kekuatan sosial lainnya secara aktif melaksanakan
              kegiatan-kegiatan pembangunan nasional.

                  Dwifungsi  ABRI, seperti  yang sudah dijelaskan sebelumnya    diartikan
              bahwa ABRI memiliki dua fungsi, yaitu fungsi sebagai pusat kekuatan militer
              Indonesia dan juga fungsinya di bidang politik. Dalam pelaksanaannya pada
              era Soeharto, fungsi utama ABRI sebagai kekuatan militer Indonesia memang
              tidak dapat dikesampingkan, namun pada era ini, peran ABRI dalam bidang
              politik terlihat lebih signiikan seiring dengan diangkatnya Presiden Soeharto
              oleh MPRS pada tahun 1968.
                  Secara  umum, intervensi  ABRI dalam   bidang politik pada  masa  Orde
              Baru yang mengatasnamakan Dwifungsi       ABRI ini   salah satunya  adalah
              dengan ditempatkannya militer di DPR, MPR, serta DPD tingkat provinsi dan
              kabupaten. Perwira  yang aktif, sebanyak seperlima  dari  jumlahnya  menjadi
              anggota  Dewan Perwakilan Daerah (DPRD), dimana       mereka  bertanggung
              jawab kepada   komandan setempat, sedangkan yang       di  MPR dan DPR
              tingkat nasional bertanggung jawab langsung kepada panglima ABRI. Selain
              itu, para  anggota  ABRI juga  menempati  posisi  formal  dan informal  dalam
              pengendalian Golkar serta mengawasi penduduk melalui gerakan teritorial di
              seluruh daerah dari  mulai  Jakarta  sampai  ke  daerah-daerah terpencil, salah
              satunya  dengan gerakan AMD    (ABRI Masuk Desa).     Keikutsertaan militer
              dalam bidang politik secara umum bersifat antipartai. Militer percaya bahwa
              mereka merupakan pihak yang setia kepada modernisasi dan pembangunan.
              Sedangkan partai    politik dipandang memiliki    kepentingan-kepentingan
              golongan tersendiri.










              124  Kelas XII SMA/MA
   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136   137