Page 179 - Kelas_12_SMA_Sejarah_Indonesia_Semester_1_Siswa_2016
P. 179

c)   Masalah Disintegrasi dan Kedaulatan Wilayah

                     Pemerataan ekonomi    di  seluruh wilayah Indonesia  merupakan salah
                 satu pekerjaan rumah pemerintahan Presiden Megawati. Tidak meratanya
                 pembangunan dan tidak adilnya   pembagian hasil  sumber daya   alam  antara
                 pemerintah pusat dan daerah menjadi masalah yang berujung pada keinginan
                 untuk melepaskan diri  dari  Negara  Kesatuan Republik Indonesia  terutama
                 beberapa provinsi yang kaya akan sumber daya alam tetapi hanya mendapatkan
                 sedikit dari hasil sumber daya alam mereka. Dua provinsi yang rentan untuk
                 melepaskan diri  adalah Provinsi  Nanggroe  Aceh Darussalam    (NAD) dan
                 Papua. Kebijakan represif yang diterapkan pada masa pemerintahan Orde Baru
                 di  kedua  provinsi  tersebut  menjadi  alat  propaganda  efektif bagi  kelompok-
                 kelompok yang ingin memisahkan diri.

                     Untuk meredam    keinginan melepaskan diri    kedua  provinsi  tersebut,
                 Presiden   Megawati    melakukan     upaya-upaya    untuk   menyelesaikan
                 permasalahan disintegrasi  dan memperbaiki    persentase  pembagian hasil
                 sumber daya   alam  antara  pemerintah pusat  dan daerah di  kedua  propinsi
                 tersebut. Berdasarkan UU No. 1b/2001 dan UU No. 21/2001 baik propinsi NAD
                 dan Papua akan menerima 70% dari hasil pertambangan minyak bumi dan gas
                 alam. Upaya  Presiden Megawati   untuk memperbaiki   hubungan pemerintah
                 pusat dan rakyat propinsi NAD juga dilakukan dengan melakukan kunjungan
                 kerja  ke  Banda  Aceh pada  tanggal  8 September 2001. Dalam   kunjungan
                 kerja tersebut, presiden melakukan dialog dengan sejumlah tokoh Aceh dan
                 berpidato di halaman Masjid Raya Baiturrahman. Dalam kesempatan tersebut,
                 presiden mensosialisasikan UU No. 18 Tahun 2001 tentang otonomi khusus
                 Provinsi NAD. Presiden Megawati juga menandatangani prasasti perubahan
                 status Universitas Malikussaleh Lhokseumawe menjadi universitas negeri.
                     Upaya Presiden Megawati untuk menjaga keutuhan wilayah NKRI juga
                 diuji  saat  pemerintah berusaha  untuk menyelesaikan sengketa  status  Pulau
                 Sipadan dan Ligitan dengan pemerintah Malaysia. Sengketa      status  kedua
                 pulau tersebut  tidak dapat  diselesaikan melalui  perundingan bilateral  antara
                 pemerintah Indonesia dan Malaysia. Kedua negara sepakat untuk membawa
                 kasus  ini  ke  Mahkamah Internasional  di  Den Haag. Pemerintah Indonesia
                 sejak tahun 1997 telah memperjuangkan pengakuan internasional       bahwa
                 kedua  pulau tersebut  merupakan bagian dari  wilayah Republik Indonesia.
                 Namun Mahkamah Internasional     pada  akhirnya  memutuskan bahwa   kedua
                 pulau tersebut merupakan bagian dari Malaysia. Dari 17 hakim yang terlibat
                 dalam  proses  keputusan Mahkamah Internasional, satu-satunya  hakim  yang
                 memberikan keputusan bahwa    kedua  pulau tersebut  merupakan bagian dari
                 wilayah Indonesia adalah Hakim Ad Hoc Thomas Franck yang ditunjuk oleh




                                                                        Sejarah Indonesia
                                                                                            171
   174   175   176   177   178   179   180   181   182   183   184