Page 175 - Kelas_12_SMA_Sejarah_Indonesia_Semester_1_Siswa_2016
P. 175

Presiden Abdurrahman Wahid tidak terbukti. Hasil    akhir pemeriksaan ini
                 disampaikan Jaksa Agung Marzuki Darusman kepada pimpinan DPR tanggal
                 28 Mei 2001.
                     Ketegangan antara pendukung presiden dan pendukung diselenggarakannya
                 Sidang Istimewa MPR tidak menyurutkan niat DPR untuk menyelenggarakan
                 Sidang Istimewa    MPR. Presiden sendiri    menganggap bahwa      landasan
                 hukum  memorandum     kedua  belum  jelas. DPR akhirnya  menyelenggarakan
                 rapat  paripurna  untuk meminta  MPR mengadakan Sidang Istimewa     MPR.
                 Pada  tanggal  21 Juli  2001 MPR menyelenggarakan Sidang Istimewa    yang
                 dipimpin oleh ketua  MPR Amien Rais. Di    sisi  lain Presiden Abdurrahman
                 Wahid menegaskan bahwa     ia  tidak akan mundur dari  jabatan presiden dan
                 sebaliknya menganggap bahwa sidang istimewa tersebut melanggar tata tertib
                 MPR sehingga tidak sah dan illegal.

                     Menyadari posisinya yang terancam, presiden selanjutnya mengeluarkan
                 Maklumat   Presiden tertanggal  22 Juli  2001. Maklumat  tersebut  selanjutnya
                 disebut  Dekret  Presiden. Secara  umum    Dekret  tersebut  berisi  tentang
                 pembekuan MPR dan DPR RI, mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat
                 dan mempersiapkan pemilu dalam      waktu satu tahun dan menyelamatkan
                 gerakan reformasi    dari  hambatan unsur-unsur Orde      Baru sekaligus
                 membekukan Partai Golkar sambil menunggu keputusan Mahkamah Agung.
                 Namun isi  Dekret  tersebut  tidak dapat  dijalankan terutama  karena  TNI dan
                 Polri yang diperintahkan untuk mengamankan langkah-langkah penyelamatan
                 tidak melaksanakan tugasnya. Seperti  yang dijelaskan oleh Panglima   TNI
                 Widodo AS, sejak Januari 2001, baik TNI maupun Polri konsisten untuk tidak
                 melibatkan diri dalam politik praktis.
                     Sikap TNI dan Polri  tersebut  turut  memuluskan jalan bagi  MPR untuk
                 kembali  menggelar Sidang Istimewa    dengan agenda   pemandangan umum
                 fraksi-fraksi  atas  pertanggungjawaban Presiden Abdurrahman Wahid
                 yang dilanjutkan dengan pemungutan suara    untuk menerima   atau menolak
                 Rancangan Ketetapan MPR No. II/MPR/2001 tentang pertanggungjawaban
                 Presiden Abdurrahman Wahid dan Rancangan Ketetapan MPR No. III/
                 MPR/2001 tentang penetapan Wakil Presiden Megawati Soekarno Putri sebagai
                 Presiden Republik Indonesia. Seluruh anggota MPR yang hadir menerima dua
                 ketetapan tersebut. Presiden dianggap telah melanggar haluan negara karena
                 tidak hadir dan menolak untuk memberikan pertanggungjawaban dalam
                 Sidang Istimewa MPR termasuk penerbitan Maklumat Presiden RI. Dengan
                 demikian MPR memberhentikan Abdurrahman Wahid sebagai         Presiden dan
                 mengangkat Wakil Presiden Megawati Soekarno Putri sebagai presiden kelima
                 Republik Indonesia pada tanggal 23 Juli 2001.




                                                                        Sejarah Indonesia
                                                                                            167
   170   171   172   173   174   175   176   177   178   179   180