Page 178 - Kelas_12_SMA_Sejarah_Indonesia_Semester_1_Siswa_2016
P. 178

Selain upaya   pemerintah untuk memperbaiki     sektor ekonomi, MPR
              berhasil  mengeluarkan keputusan yang menjadi   pedoman bagi   pelaksanaan
              pembangunan ekonomi      di  masa  Reformasi  yaitu Tap MPR RI No. IV/
              MPR/1999 tentang Garis-Garis     Besar Haluan Negara    1999-2004. Sesuai
              dengan amanat   GBHN   1999–2004, arah kebijakan penyelenggaraan negara
              harus  dituangkan dalam  Program  Pembangunan Nasional     (Propenas) lima
              tahun yang ditetapkan oleh Presiden bersama DPR.

                  Minimnya kontroversi selama masa pemerintahan Megawati berdampak
              positif pada  sektor ekonomi. Hal   ini  membuat  pemerintahan Megawati
              mencatat  beberapa  pencapaian di  bidang ekonomi   dan dianggap berhasil
              membangun kembali     perekonomian bangsa     yang sempat   terpuruk sejak
              beralihnya  pemerintahan dari  pemerintahan Orde    Baru ke  pemerintahan
              pada era Reformasi. Salah satu indikator keberhasilan pemerintahan Presiden
              Megawati  adalah  rendahnya  tingkat  inlasi  dan  stabilnya  cadangan  devisa
              negara. Nilai  tukar rupiah relatif membaik dan berdampak pada    stabilnya
              harga-harga  barang. Kondisi  ini  juga  meningkatkan  kepercayaan investor
              terhadap perekonomian Indonesia yang dianggap menunjukkan perkembangan
              positif. Kenaikan inlasi pada bulan Januari 2002 akibat kenaikan harga dan
              suku bunga serta berbagai bencana lainnya juga berhasil ditekan pada bulan
              Maret dan April 2002.

                  Namun berbagai   pencapaian di  bidang ekonomi  pemerintahan Presiden
              Megawati mulai menunjukkan penurunan pada paruh kedua pemerintahannya.
              Pada pertengahan tahun 2002–2003 nilai tukar rupiah yang sempat menguat
              hingga  Rp8.500,00 per dolar Amerika   Serikat  kemudian melemah seiring
              menurunnya   kinerja  pemerintah. Di  sisi  lain, berbagai  pencapaian tersebut
              juga  tidak berbanding lurus  dengan jumlah penduduk yang ternyata   masih
              banyak berada di bawah garis kemiskinan.

                  Popularitas pemerintah juga menurun akibat berbagai kebijakan yang tidak
              populis  dan  meningkatkan  inlasi.  Meningkatnya  inlasi  berdampak  buruk
              terhadap  tingkat  inlasi  riil.  Di  antara  kebijakan  tersebut  adalah  kebijakan
              pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif dasar
              listrik (TDL) serta pajak pendapatan negara. (Prawiro, 2004: 50). Selain itu,
              persoalan utang luar negeri juga menjadi persoalan pada masa pemerintahan
              Presiden Megawati   karena  pembayaran hutang luar negeri  mengambil  porsi
              APBN yang paling besar yakni mencapai 52% dari total penerimaan pajak yang
              dibayarkan oleh rakyat  sebesar 219,4 triliun rupiah. Hal  ini  mengakibatkan
              pemerinta  mengalami  deisit  anggara  da  kebutuha  pinjama  baru.








              170  Kelas XII SMA/MA
   173   174   175   176   177   178   179   180   181   182   183