Page 225 - Kelas_12_SMA_Sejarah_Indonesia_Semester_1_Siswa_2016
P. 225

Presiden Soeharto memakai Kerja sama Ekonomi Asia Pasiik (APEC)
                 untuk memproyeksikan posisi     kepemimpinan Indonesia. Pada      awalnya
                 Indonesia  tidak setuju dengan APEC. Kekhawatiran itu didasarkan
                 pada  ketidakmampuan Indonesia     menghadapi    liberalisasi  perdagangan.
                 Kekhawatiran lainnya  adalah kehadiran APEC dapat    mengikis  kerja  sama
                 antara negara-negara ASEAN. Setelah berakhirnya Perang Dingin, Indonesia
                 mengubah pandangannya      terhadap APEC. Faktor pendorongnya       antara
                 lain adalah karena  Indonesia  menjadi  ketua  pertemuan APEC selanjutnya.
                 Keberhasilan Indonesia menjadi ketua pertemuan APEC dan juga keberhasilan
                 menjadi Ketua Gerakan Non Blok X pada tahun 1992, setidaknya memberikan
                 pengakuan bahwa Indonesia adalah salah satu pemimpin internasional.

                     Selain ASEAN, keterlibatan Indonesia      dalam   membentuk kondisi
                 perekonomian global    yang stabil  dan kondusif, serta   memaksimalkan
                 kepentingan nasional, Indonesia  juga  masuk sebagai  anggota  negara-negara
                 produsen atau  penghasil  minyak dalam  OPEC. OPEC menjadi      barometer
                 pelaksanaan kebijakan luar negeri Indonesia dalam hal stabilitas perekonomian
                 dunia.
                     Kepemimpinan Soeharto secara    umum    mempunyai   karakteristik yang
                 berbeda  dengan pendahulunya. Di    paruh pertama  kepemimpinannya, dia
                 cenderung adaptif dan low proile. Dan pada paruh terakhir kepemimpinannya,
                 sejak 1983, Soeharto mengubah gaya kepemimpinannya menjadi high proile.
                 Gayanya tersebut mempengaruhi pilihan-pilihan politik luar negerinya, yang
                 pada  kenyataannya  tidak dapat  dilepaskan dari  kondisi  politik-ekonomi
                 dan keamanan dalam   negeri  Indonesia, dengan nilai  ingin menyejahterakan
                 bangsa, Soeharto mengambil gaya represif (di dalam negeri) dan akomodatif
                 (di luar negeri).

                 5.   Politik Luar Negeri Indonesia Era Reformasi

                     Orientasi  politik luar negeri  Indonesia  di  awal  reformasi  masih sangat
                 dipengaruhi  oleh kondisi  domestik akibat  krisis  multidimensi  dan transisi
                 pemerintahan. Perhatian utama politik luar negeri Indonesia diarahkan pada
                 upaya pemulihan kembali kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia
                 serta memulihkan perekonomian nasional. Politik  luar negeri Indonesia saat
                 itu lebih banyak dipengaruhi  oleh perkembangan politik domestik daripada
                 politik internasional.
                     Pada  masa  awal  reformasi  yang dimulai  oleh pemerintahan  Presiden
                 B.J. Habibie,  pemerintah Habibie  disibukkan dengan usaha   memperbaiki
                 citra Indonesia di kancah internasional yang sempat terpuruk sebagai dampak





                                                                        Sejarah Indonesia
                                                                                            217
   220   221   222   223   224   225   226   227   228   229   230