Page 37 - Tan Malaka - Menuju Republik Indonesia by Tan Malaka (z-lib.org)_Neat
P. 37

terpaksa  oleh  keadaan  melancarkan  serangan-serangan  kita  dalam
               bentuk  pertahanan-pertahanan.  Kita  mempersiapkan  serangan
               setelah  kita  terancam  dan  terserang.  Atas  tindakan-tindakan
               revolusioner lawan, kita mendasarkan agitasi, protes atau tindakan-
               tindakan kita yang lebih mendekatkan kita pada tujuan kita terakhir.

               Pada pukulan terakhir yang menentukan, kita hanya bisa mendapat
               kemenangan,  jika  kita  juga  mengambil  inisiatif  bertahan.  Agar
               supaya  pukulan  terakhir  yang  menentukan  itu  dapat  mewujudkan
               tujuan kita. Sarekat-sarekat sekerja dan organisasi-organisasi politik
               kita mulai sekarang harus memiliki jiwa offensif.


               PEMUSATAN  KEKUATAN-KEKUATAN  PADA  TEMPAT
               DAN WAKTU YANG MENGUNTUNGKAN BAGI KITA

               Tujuan  tiap-tiap  offensif  ialah  menyerang  pertahanan  lawan  yang
               terlemah  dengan  cepat,  mendadak  dan  dengan  pasukan  yang
               terbesar,  dengan  maksud  mematahkan  hubungan-hubungan
               organisasinya  dan  akhirnya  menghancurkannya  buat  selama-
               lamanya.

               Organisasi-organisasi perjuangan kita yang terutama sarekat sekerja
               dan  politik  –  jika  telah  pada  waktunya,  harus  dengan  cepat
               dibimbing ke tempat dimana kita dapat membikin musuh menderita
               kerugian  yang  terbesar,  yaitu  dimana  menempatkan  induk
               pasukannya.
               Jika  kita  menghadap  Indonesia  sebagai  gelanggang  perjuangan,
               maka kita mengetahui bahwa kekuatan imperialis Belanda (militer,
               politik  dan  ekonomi)  tidak  terpusat  pada  satu  tempat.  Kekuatan
               militer  dipusatkan  di  Priangan.  Kekuatan  politik  yang  sekarang
               berpusat  di  Batavia,  kemudian  mungkin  dipindahkan  ke  Priangan.
               Akan  tetapi  Batavia,  maupun  Priangan  sesungguhnya  tidak
               mempunyai  pusat  ekonomi.  Kita  mendapatkan  itu  terutama  di
               lembah  Bengawan  Solo  (Yogya,  Solo,  Madiun,  Kediri,  dan
               Surabaya)  dimana  terletak  bertimbun-timbun  industri-industri,
               perusahaan-perusahaan, badan-badan angkutan lalu lintas dan bank-
               bank.




                                                   34
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42