Page 101 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 101

80  —  KEKUASAAN DALAM PENCARIAN PENGETAHUAN


              Para  penduduk  pada  umumnya  adalah  orang-orang  kaf r,  yang  menganut
              keyakinan Mahometish, yang sangat mereka taati. Mereka tidak akan datang
              ataupun  pergi  dari  pasar  tanpa  berdoa  terlebih  dulu  di  Kuil  mereka,  yang
              mereka sebut Musquita dalam bahasa mereka .... Ketika mereka selesai bersuci
              dan berbasuh, mereka pergi ke Gereja mereka dan berdoa dengan seruan dan
              teriakan. Suaranya begitu nyaring sehingga kita bisa mendengarnya dari jarak
              dua puluh rumah lebih dengan kata-kata yang biasanya mereka katakan dua
              atau tiga kali: Stof erolla, Stof erolla, Ascehad an la, Ascehed an la, Yll la, Ascehad
              an la, Yll lol la, Yll lol la, Yll lol la, Machumed die rossulla. Ketika mengucapkan
              kata terakhir itu, mereka mengusapkan tangan ke muka, dengan itu mereka
              menunjukkan ketaatan yang besar. Selain itu, mereka mengucapkan doa-doa
              lain, yang dilakukan dengan lirih dan sebagian besarnya dengan bergumam,
              yang lebih kurang dengan urutan: Mereka [pertama-tama] menggelar sebuah
              permadani kecil di lantai, lalu berdiri di atasnya sembari mengarahkan mata ke
              langit dua atau tiga kali. Mereka kemudian menjatuhkan diri dengan mantap
              pada lutut, menempatkan kepala di lantai dua atau tiga kali. Mereka kerap
              melakukan  hal  ini  bersama-sama,  di  rumah-rumah,  di  tempat  umum,  di
              perahu-perahu cadik, di jalan-jalan, dan di pantai. 7

              Dilihat dari sudut pandang masa kini, wajar jika buku ini tidak berhasil
          memuaskan siapa pun yang ingin tahu tentang Islam atau bahasa-bahasa yang
          digunakan. Doa-doa yang dikutip agak kacau dan daftar kata yang disusun
          secara  alfabetis  hanya  berisi  sedikit  muatan  yang  secara  spesif k  bersifat
          keagamaan. Tuhan keliru diterjemahkan dalam bahasa “Melayu” dengan kata
          (Portugis) Dios, dan dalam bahasa “Jawa” dengan kata (Arab) Ala. 8
              Dialog-dialog  singkat  yang  disajikan  Frederick  de  Houtman  dalam
          kamusnya,  meski  memberikan  wawasan  mengenai  berbagai  harapan
          perdagangan  Belanda,  tetapi  tidak  memuaskan  dalam  urusan  memberikan
          perincian mengenai agama. Padahal, dia mengaku ditawari berpindah agama,
          baik melalui bujukan perkawinan maupun ancaman terhadap pribadinya.
                                                                          9
          Di sisi lain, laporannya yang tak diterbitkan memuat data mengenai praktik
          dan keyakinan sosial, seperti bergadang untuk melihat bulan dan kedatangan
          Mahdi, meski semua itu tetap agak sulit dimengerti oleh orang Belanda yang
          menyaksikan para kolega juniornya menyerah pada tawaran kebebasan dan
          menjadi murtad satu demi satu.
              De  Houtman  juga  memasukkan  versinya  sendiri  mengenai  sebuah
          sidang  di  hadapan  beberapa  hakim  ketika  dia  menjelaskan  penolakannya
          untuk meninggalkan agama Kristen dan argumennya mengenai keunggulan
          agama Reformasi-nya atas bangsa Portugis pemeluk Katolik Roma penyembah
          berhala.  Ini  disampaikannya  dalam  bahasa  Melayu,  dengan  mendasarkan
          argumennya pada gagasan Al-Qurani bahwa Yesus adalah “ruh Tuhan” (QS
          4: 171, 172).  Atau, setidaknya itulah yang dalam pemahamannya dikatakan
                     10
          orang  selama  penahanannya.  Namun,  kita  harus  agak  hati-hati  dalam
   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106