Page 97 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 97

uku  ini  telah  mempertanyakan  hubungan  yang  sering  dinyatakan
               antara Suf sme tarekat dan perpindahan agama ke dalam Islam di Asia
         BTenggara. Saya telah menyatakan bahwa tidak ada bukti pasti bahwa
          yang satu merupakan mesin bagi yang lain. Sebaliknya, Suf sme muncul (dan
          kemudian kerap muncul kembali) sebagai sebuah isu doktriner yang naik ke
          permukaan  ketika  ortodoksi  negara  perlu  disesuaikan  kembali  agar  selaras
          dengan  standar-standar  “Mekah”.  Pertanyaan  semacam  itu  menciptakan
          sebuah peran dalam kisah perpindahan agama yang diterima bagi para tokoh
          seperti ‘Abd al-Ra’uf, Syekh Yusuf, dan murid-murid mereka serta memberikan
          ruang penjelajahan pribadi dalam sistem pesantren yang berkembang pesat
          bagi sebagian populasi.
              Begitu memasuki abad kesembilan belas, kita mulai memiliki gambaran
          lebih  jelas  mengenai  bentuk-bentuk  aktivitas  tarekat  terpelajar  tertentu
          sebelum status para penyokong mereka merosot—sebagaimana yang sangat
          sering  terjadi—menjadi  bawahan  bangsa  Eropa.  Hal  ini  tidak  menandai
          berakhirnya berbagai program reformasi dari masa sebelumnya. Sebaliknya,
          tampaknya  beberapa  penafsiran  tertentu  terhadap  Suf sme,  dan  terutama
          yang bisa mengklaim hubungan dengan Mekah pascalepas dari cengkeraman
          Wahhabiyyah, menjadi penggerak utama perubahan keagamaan. Ini paling
          jelas  terbukti  di  Jawa.  Di  sana,  terdapat  ketidakpastian  yang  mendalam
          mengenai  sekolah-sekolah  serta  guru-guru  mana  yang  harus  menerima
          keuntungan  kebijakan  non-intervensi  oleh  negara  kolonial  yang  menjadi
          pewaris kekuasaan.
              Berbagai  kontroversi  dalam  lingkaran-lingkaran  terpelajar  ataupun
          populer  ini  menjadi  pasar  bagi  produk-produk  percetakan  muslim  di
          Singapura,  dan  memunculkan  beberapa  pertanyaan  yang  menuntut  kita
          untuk memberikan perhatian lebih saksama terhadap cara berbagai bangsa
          menjadi familier dengan literatur cetak. Dalam perjalanan proses ini, Islam
   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102