Page 95 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 95

74  —  INSPIRASI, INGATAN, REFORMASI


          letak  kitab-kitabnya  yang  padat,  dipengaruhi  percetakan  tipograf s  Mekah
          dan Kairo, menunjukkan hal ini. Ruang untuk memberikan anotasi antarbaris
          sangatlah kecil, dan bagian pinggirnya, jikapun kosong dari komentar ataupun
          respon atas komentar sebelumnya, nyaris tidak cukup lebar untuk memuat
          catatan. Dengan demikian, karya ini dimaksudkan untuk dimengerti secara
          langsung, dan oleh pembaca tingkat lanjut.
              Akan tetapi, pada 1900, bidang ini pastilah tidak sepenuhnya berada di
          tangan orang-orang “putihan”, baik yang terinspirasi tarekat ataupun yang
          memiliki  keyakinan  yang  disebut  “ilmiah”.  Gema  benturan  terus-menerus
          terdengar antara ortodoksi terkait tarekat yang belakangan menyatakan diri
          sendiri  dengan  berbagai  praktik  Islam  lokal  lainnya.  Praktik  yang  disebut
          terakhir ini akan terus ada di wilayah yang disebut Belanda sebagai “Pulau-
          Pulau Luar” hingga abad kedua puluh. Namun, pada saat itu, sebuah retakan
          lain yang bertahan lebih lama muncul di ujung barat Nusantara. Sekali lagi,
          pertanyaan mengenai Suf sme tarekat akan dikaitkan dengan keadaan Islam
          di kalangan para pemeluknya.



          SIMPULAN
          Dengan  meningkatnya  penetrasi  ekonomi  negara-negara  penerus  Inggris
          dan Belanda di Nusantara secara lebih luas pada abad kesembilan belas, kita
          melihat sebuah pergeseran terakhir dalam kisah Jawi. Islam Indonesia, yang
          dalam beberapa kasus tertentu didukung ekonomi pribumi yang berkembang,
          menjauh dari ortodoksi yang diatur istana menuju hubungan yang lebih dekat
          dengan Mekah dan Timur Tengah melalui perantara para guru independen.
              Dalam beberapa contoh, baik berkat perang maupun perdamaian, para
          guru agama independen ini mampu berjaya, terutama di tempat-tempat yang
          paling terhubung dengan perdagangan global, dan mampu beradaptasi dengan
          berbagai mode baru organisasi Suf  yang menyaksikan adopsi tarekat-tarekat
          yang  disukai  di  Imperium  Utsmani.  Pada  akhir  abad  kaum  Naqsyabandi
          khususnya menjajaki cara-cara baru untuk memperluas pengikut mereka. Di
          antara cara-cara ini, pengajaran-pengajaran singkat yang agak kontroversial
          dan  penyebaran  bahan-bahan  cetakan  yang  semakin  banyak  tersedia  bagi
          kalangan  pesantren.  Tentu  saja  terdapat  perlawanan  terhadap  tren  ini,
          terutama dari elite Arab dan kongsi ekonomi mereka yang terkait dengan
          para penguasa Barat di Nusantara, yang pada akhirnya mulai bertanya-tanya
          apa sebenarnya yang mereka kuasai.
   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100