Page 104 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 104

BERBAGAI PANDANGAN FUNDAMENTAL MENGENAI ISLAM HINDIA  —  83


                    Dalam  jangka  panjang,  ketentuan-ketentuan  Calvinisme  Dortian
               semakin  kuat  seiring  perkembangan  VOC.  Hal  ini  karena  VOC  diberi
               kewenangan untuk bertindak sebagai kekuatan mandiri untuk mendirikan
               markas-markas dan pusat-pusat perdagangan dari Tanjung Harapan (markas
               di sana didirikan pada 1652) hingga Nagasaki (1641) serta menyusun pasukan
               untuk  mempertahankan  markas-markas  itu  dan  menakuti  para  pesaing.
               Bahkan,  pada  abad  ketujuh  belas,  VOC  menjadi  kekuatan  perdagangan
               terbesar di dunia yang jauh mengungguli para pesaingnya. 22



               KEBINGUNGAN PARA CENDEKIAWAN DAN MISIONARIS
               Meskipun  transaksi  pribadi  dilarang  bagi  para  pegawai  VOC,  beberapa
               dari  mereka—termasuk  para  pendeta  Calvinis—mendapatkan  keuntungan
               dengan  berdagang  produk-produk  Nusantara.  Sebagian—sejumlah  kecil—
               dari mereka kembali ke Eropa membawa teks-teks, termasuk fragmen-fragmen
               Al-Quran,  Burdah  karya  al-Busiri,  Idah  f   l-f qh  (Penjelasan Yurisprudensi)
               yang anonim, dan ‘Aqa’id karya ‘Umar b. Muhammad al-Nasaf  (w. 1142).
                                                                               23
               Yang  sangat  menarik  adalah  sekelompok  teks  yang  akhirnya  disimpan  di
               Universitas  Leiden.  Meskipun  sudah  memiliki  Akademi-nya  sejak  1575,
               sudah lama Republik Belanda tidak memiliki pakar tetap mengenai Hindia.
               Di antara korban jangka panjang ketiadaan pengetahuan ini adalah sebuah
               manuskrip lontar yang sampai ke tangan seorang guru besar bahasa Yunani,
               Bonaventura  Vulcanius  (1538–1614),  setelah  kembalinya  armada  Belanda
               yang pertama atau kedua. Traktat ini, yang memuat ajaran-ajaran Islam yang
               dikaitkan dengan Seh Bari, lama dikenali sebagai teks berbahasa Jepang. 24
                    Kondisi di atas bukan hendak mengatakan bahwa semua materi yang
               dibawa  dari  Hindia  masuk  keranjang  yang  keliru,  meski  beberapa  teks
               jelas  dikelompokkan  ke  dalam  kategori  “terlalu  kabur  untuk  dipecahkan”.
               Misalnya, meski telah diketahui berbahasa Jawa pada 1597, sebuah traktat
               Suf  harus menunggu hingga 1881 untuk diterbitkan dalam bentuk ilmiah.
                                                                               25
               Selain itu, tak ada jaminan bahwa karya-karya semacam itu akan tetap berada
               di Belanda. Enam teks berbahasa Melayu milik T omas van Erpe (Erpenius,
               1584–1624),  dipinjamkan  kepada  Guru  Besar  “Bahasa  Arab  dan  Bahasa-
               Bahasa Oriental Lain” di Leiden pada 1613. Ketika dia meninggal, keenam
               teks itu akan dijual kepada Duke of Buckingham, George Villiers (1592–
               1628). Demikian pula sebuah kamus bahasa Melayu milik pewaris Erpenius,
               Jacob Gool (Golius, 1596–1667), hendak dibeli untuk Uskup Agung Inggris
               Narcissus Marsh (1638–1713). Ada kenyataan bahwa sesuatu yang ada dalam
               koleksi belum tentu dibaca. Pada 1613 dibutuhkan seorang pelawat Morisco
               (muslim yang memilih memeluk Kristen daripada diusir dari Iberia—Penerj.),
               Ahmad b. Qasim al-Hajari, untuk mengenali sebuah risalah berbahasa Arab
   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109