Page 107 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 107

86  —  KEKUASAAN DALAM PENCARIAN PENGETAHUAN


          persisnya Kristus datang, mengapa dia datang sebagai manusia, dan hukuman
          bagi balasan kejahatan dalam kehidupan ini. Lebih jauh mereka penasaran
          mengenai apa yang diketahui oleh Belanda tentang Muhammad dan ajaran-
          ajarannya.
              Ketika kami memberi tahu kepada mereka bahwa dia adalah seorang pedagang
              Arab,  juga  pemimpin  sejumlah  pencuri,  perampok,  dan  pembunuh,  serta
              bahwa di kalangan sahabatnya ada seorang penyihir Yahudi, para penghujat,
              dan  penggoda  lainnya  yang  telah  membuat  sebuah  buku,  bernama  Alcoran,
              yang sudah sangat kalian kenal, yang digunakan oleh sebagian nabi atau paus
              Moor  ....  [Kemudian]  mereka  bertanya  apa  yang  kami  ketahui  mengenai
              kandungannya. Kami jawab bahwa tentu itu tidaklah tersembunyi dari kami. 41
              Meskipun merasa percaya diri, apa yang dinyatakan para misionaris itu
          menunjukkan bahwa pengetahuan mereka mengenai Islam mencerminkan
          praksis  sosial  ketimbang  teks  Al-Quran.  Mereka  percaya  bahwa  Al-Quran
          mengajarkan (1) bahwa semua orang harus disunat, (2) bahwa orang-orang
          beriman harus berikrar menjauhi alkohol dan babi, (3) bahwa lelaki muslim
          bisa menikahi perempuan sebanyak yang mereka mau, dan (4) bahwa sebuah
          surga  dijanjikan  oleh  Muhammad,  yang  berbagai  mukjizat  dan  “perilaku
          busuknya” akan mereka jelaskan. 42
              Sepanjang waktu, dewan gereja Amsterdam dan Delft tetap menyadari
          adanya kebutuhan untuk melatih para misionaris yang memenuhi persyaratan
          dan  diutamakan  di  Leiden,  untuk  diutus  ke  Hindia.  Mereka  juga  sangat
          mengetahui bahwa bahasa Melayu akan menjadi keterampilan kunci sebagai
          senjata melawan kaum Muslim, yang seperti ditunjukkan berbagai laporan
          terus  memperluas  jaringan  sekolah-masjid  mereka  dan  menyunat  para
          penduduk pulau. Ketika Walaeus ditugaskan di Leiden, sebuah pendidikan
          tentang apa yang selintas disebutnya sebagai “bahasa paling lazim di negeri-
          negeri ini”, dianggap tepat bagi para mahasiswa yang hendak mengarungi kota
          yang sangat berbahaya. Walaeus mengusulkan agar sebelum berangkat mereka
          diberi sedikit pelatihan bahasa oleh orang yang baru pulang, “ortodoks”, dan
          punya kemampuan bahasa tersebut. 43
              Tak diragukan lagi, harapan-harapan yang tinggi telah mengantarkan pada
          pendirian Collegium Indicum. Seorang penggerak pendiriannya, dokter Justus
          Heurnius  (1587–1652),  menyatakan  bahwa  Tuhan  telah  “menyingkapkan
          kekayaan  Hindia  bagi  kita  agar  Kerajaan  Kristus  ...  [akan]  tersebar  dalam
          perjalanan  menuju  dan  di  negeri-negeri  Timur  yang  luas”.   Heurnius
                                                                44
          mempraktikkan apa yang dikhotbahkannya. Antara 1622 dan 1638 dia pergi
          sendiri ke Hindia. Belakangan dia menerbitkan beragam risalah Kristen dalam
          bahasa Melayu. Dia juga membantu membawa Injil Belanda-Melayu karya
          Ruyl ke percetakan metropolitan pada 1629, dan setelah kembali pada 1639,
   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112