Page 111 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 111

90  —  KEKUASAAN DALAM PENCARIAN PENGETAHUAN


          ditugaskan sebagai pedagang junior karena dianugerahi penguasaan bahasa
          Melayu  dan  Portugis  yang  sangat  berguna.  Di  luar  tugas  resminya,  dia
          mencurahkan  waktu  sebanyak  mungkin  untuk  serangkaian  sejarah  alam
          berdasarkan  tulisan-tulisan  karya  Bontius  dan  observasinya  di  Ambon.
          Sepanjang  proyeknya,  Rumphius  bersandar  pada  banyak  informasi  yang
          diberikan istrinya yang pribumi dan para informan yang merupakan orang-
          orang berpengaruh di masyarakat setempat. Di antara mereka, raja buangan
          dari Kerajaan Timor, Solomon Speelman (dikembalikan ke takhta oleh VOC
          pada  1680),  dan  “Iman  Reti”,  seorang  “Pendeta  Moor”  dari  Pulau  Buru,
                                                                  58
          yang digambarkan Rumphius sebagai “guru” dalam urusan botanis.  Sumber
          berharga lainnya adalah “Patti Cuhu” (Pati Kuhu), seorang tokoh dari Desa
          “Ely” di Semenanjung Hitu. 59
              Tak diragukan lagi, melalui berbagai hubungan lintas agama semacam
          itulah Rumphius berhasil menyusun kamus bahasa Melayu (yang sekarang
          hilang) pada pengujung 1660-an dan awal 1670-an. Kita pasti bertanya-tanya
          mungkinkah  orang-orang  Muslim  yang  berpengetahuan  perihal  perkara-
          perkara seperti a’yan tsabita atau aturan-aturan f qh berbagi atau memengaruhi
          ketidaksukaan Rumphius terhadap “takhayul”. Pada satu titik, dia mengejek
          Sunan Giri sebagai “orang suci palsu” yang sudah lama memperdaya banyak
          orang dengan membagi-bagikan tanah istimewa, gelang apung, dan besi India
          teberkati yang diambil dari “kuil” yang dinyatakannya akan membuat kebal
          si pemakai. 60
              Bukti sebaliknya, seperti dicatat Rumphius melalui olok-olok, muncul
          pada 1680 dengan mengambil bentuk sebuah peluru senapan Belanda dan
                              61
          belati  seorang  Madura.   Di  titik  lain,  dia  mencemooh  praktik  tradisional
          pengucilan diri asketis (tapa) yang lazim di Pulau Bima. Katanya, “Sebuah
          relikui durhaka kekaf ran orang-orang Moor secara melawan hukum sehingga
          dilakukan sembunyi-sembunyi.”

              Ketika mereka menghendaki sesuatu dari Djing, yakni, Daemon (yang mereka
              bedakan dari Setan atau Iblis) atau ketika mereka ingin mempelajari muslihat
              baru,  menginginkan  kekayaan  atau  cari  untung  dan  kebal  senjata,  sukses
              merampok, menggarong, atau mencuri, berjudi, atau masalah cinta, dsb., mereka
              pergi  ke  tempat-tempat  jauh  dan  pegunungan  tinggi,  tinggal  di  sana  untuk
              sementara, siang dan malam, dan membawa beberapa persembahan kepada sang
              Djing ... [yang] memberi mereka sepotong kecil kayu atau batu kecil, yang harus
              mereka kenakan agar mendapatkan hal-hal yang mereka minta. Demikianlah,
              mereka berpikir bahwa diri mereka itu religius dalam cara mereka sendiri. 62

              Rumphius  menjelaskan  praktik-praktik  semacam  itu  sebagai  sisa-sisa
          kekaf ran. Djing bisa dengan mudah diidentif kasi sebagai Jin, yang diakui
          oleh Al-Quran, atau setidaknya sebagai kesediaan pihak warga lokal untuk
   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116