Page 115 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 115

94  —  KEKUASAAN DALAM PENCARIAN PENGETAHUAN


          sebaliknya  secara  sukarela,  dengan  pengecualian  sedikit  orang  yang  telah
          “secara sembrono mengawini perempuan Mohammedan atau mengucapkan
          syahadat mereka”. 78
              Setelah mengesampingkan agama sebagian besar orang Jawa yang patut
          disesali, Valentijn menulis tentang topik-topik yang dia yakini akan diminati
          publiknya sendiri: dia melacak perkembangan Protestantisme di Nusantara
          sembari memerinci geograf  dan sejarah yang menyertainya. Karya Valentijn
          berfungsi sebagai rujukan primer bagi para cendekiawan dan pelawat Belanda
          selama lebih dari satu abad, dan dicetak ulang hingga 1860-an. Walaupun
          begitu, dia bukanlah satu-satunya tokoh abad kedelapan belas yang menulis
          tentang agama orang-orang Jawa dan Melayu, meski secara tidak langsung.
          Tokoh  lainnya  adalah  penerjemah  Injil  kelahiran  Swiss,  George  Henrik
          Werndly  (1694–1744),  yang  ditempatkan  di  Makassar  (1719–23)  dan
          kemudian  di  Batavia  (sampai  1730),  tempat  dia  membantu  Pieter  Worm
          menerbitkan  Injil  Leijdecker  pada  1723.  Juga  pada  periode  inilah  dia
          menyusun Maleische Spraakkunst (Seni Wicara Melayu) karyanya, tempat dia
          menyarankan bahwa Injil yang ditawarkan Valentijn sebenarnya adalah karya
          misionaris lain, Simon De Larges (w. 1677). 79
              Seperti Oud en Nieuw Oost-Indiën karya Valentijn, tata bahasa karya
          Werndly menikmati masa penggunaan yang luar biasa panjang di kalangan
          para  pejabat  dan  mencapai  beberapa  edisi  hingga  abad  kesembilan  belas.
          Namun sekali lagi, keprihatinan cendekiawan ini adalah penyebaran agama
          Kristen.  Baru  setelah  kemunculan  sebuah  bibliograf   karya-karya  yang
          diterbitkan  oleh  rekan-rekannya  sesama  orang  Eropa,  yang  kesemuanya
          diyakini berada di rak-rak Sekretariat Jenderal, Werndly mendaftar ada 69
          buku  yang  menurutnya  mendekati  perpustakaan  berbahasa  Melayu  ideal,
          yang dalam kasusnya sangat mungkin berada di sebuah rak terpisah tak jauh
          dari sana. Buku-buku ini meliputi beberapa judul yang bisa dikaitkan dengan
          pengajaran Islam karena daftar Werndly bermula bukan dengan sebuah kronik
          kerajaan seperti Sulalat al-salatin meskipun jelas bahwa dia sangat menghargai
          karya  tersebut,  melainkan  dengan  sebuah  risalah  dogmatik  berjudul  Usul
          Agama Islam (Akar-Akar Agama Islam). Dia menyusulinya dengan delapan
          judul yang, selain Bustan al-salatin (Taman para Sultan) dan Taj al-salatin
          (Mahkota  para  Sultan),  secara  sama-samar  diidentif kasi  sebagai  mengenai
          f kih atau tafsir. Setelah cukup panjang beralih ke dunia hikayat dan syair,
          Werndly  memungkasi  daftarnya  dengan  empat  belas  karya  yang  bisa  jadi
          digunakan di pondok-pondok. Karya-karya ini mencakup pula Ma’rifat al-
          islam serta Mir’at al-mu’min karya Syams al-Din. 80
              Daftar karya tersebut hanya memberikan pemahaman umum mengenai
          kandungan  buku-bukunya.  Kita  langsung  menyadari  sejumlah  ketiadaan
          yang mencolok jika membandingkan daftar Valentijn dan Werndly dengan
   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120