Page 118 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 118

BERBAGAI PANDANGAN FUNDAMENTAL MENGENAI ISLAM HINDIA  —  97


               gunung-gunung istilah teologi Islam dalam manuskrip sembari hanya sedikit
               menyadari betapa beberapa puluh meter darinya seorang muslim barangkali
               tengah memanjatkan doanya. (Meski sebelumnya ada larangan mengadakan
               perkumpulan apa pun bagi kaum Muslim untuk tujuan ibadah atau kajian,
                                                 91
               hal-hal semacam itu terus berlangsung. ) Oleh karena itu, untuk observasi-
               observasi sezaman mengenai berbagai praktik muslim pada abad kedelapan
               belas kita harus kerap bersandar pada pesan sampingan yang sesekali muncul
               dalam  surat-surat  yang  ditulis  oleh  para  pelancong  terpelajar.  Beberapa
               permisalan adalah lukisan-lukisan pastor Lutheran Jan Brandes (1743–1808)
               yang sudah diterbitkan. Ada banyak lagi yang merana dalam gudang-gudang
               penyimpanan yang lembap. 92
                    Pastinya  Brandes  bukanlah  satu-satunya  orang  Eropa  terpelajar  yang
               mengunjungi  Indonesia.  Batavia  memang  menjadi  sebuah  situs  lapangan
               bagi  para  cendekiawan  Eropa  pada  beberapa  kesempatan.  Penerjemah
               Injil  dan  pendeta  Mohr  diketahui  pernah  membangun  observatorium  di
               atap  rumahnya,  meski  belakangan  mengeluhkan  bahwa  “tidak  ada  ilmu
               pengetahuan”  di  Batavia  selain  yang  ditujukan  untuk  “mendapatkan  uang
               dan menjadi cepat kaya”.  Setelah meninggalnya Gubernur Jenderal Mossel,
                                     93
               yang  mensponsori  penerbitan  Injil  berbahasa  Melayu  karya  Mohr  dan
               mungkin juga pengagum observatorium, dua gubernur jenderal berikutnya
               jelas memusuhi upaya ilmiah apa pun. Lantas, pada 1777 sang penentang
               terakhir tiada, dan tahun berikutnya Masyarakat Batavia untuk Seni dan Ilmu
               Pengetahuan  (Bataviaasch  Genootschap  van  Kunsten  en Wetenschappen)  pun
               lahir.
                    Kekuatan penggerak di belakang komunitas tersebut adalah Freemason
               dan  anggota  Masyarakat  Haarlem  untuk  Ilmu  pengetahuan,  J.C.M.
               Radermacher.  Yang  lebih  penting,  Radermacher  adalah  menantu  sesama
               pendiri,  Gubernur  Jenderal  Reinier  de  Klerk  (bertugas  1777–80).  Sejenis
               pencerahan telah datang ke Hindia Timur. Sementara para anggota Masyarakat
               Batavia mengarahkan sebagian besar perhatian mereka pada perkara-perkara
               pertanian,  botanis,  dan  historis,  tidaklah  benar  mengatakan  bahwa  sama
               sekali tak ada ketertarikan terhadap Islam dan keberhasilannya di kawasan
               ini. Pada sebuah pertemuan yang diadakan pada 30 Juni 1782, diputuskan
               untuk menawarkan hadiah uang kepada siapa pun yang bisa menghasilkan
               sebuah makalah untuk menjelaskan bagaimana “Muhamed, para Imam, serta
               para  guru  dan  misionaris  Musleman  penerusnya”  berhasil  mengislamkan
               orang-orang kaf r di berbagai wilayah dan kepulauan Nusantara. Tujuannya
               jelas  untuk  menghasilkan  sebuah  model  bagi  Kristenisasi  penduduk  pada
               masa depan, tetapi, yang menarik, disarankan agar jawaban dicari dari orang-
               orang Muslim terpelajar, dan bahwa jawaban dari seorang muslim juga akan
               diganjar sepenuhnya seperti dari seorang Eropa. 94
   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123